Minggu, 04 April 2021

CBR (CRITICAL REPORT BOOK) KEPEMIMPINAN

 



Model Kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas Tolatang Benteng

(Dr. Drs. Andi Rusdi Maidin, S.H.,M.Si., 2017 )

                  Membumikan Kearifan Lokal Dalam Kemandirian Ekonomi

(Patta Rapanna; editor, Herawati Syamsul. , 2016)

 

 

 


NAMA MAHASISWA : 1. Tara Puspita Sari Ritonga (4191121021)

                                            2. Maria Sartika Simatupang (4192421022)                                                                       3. Desi Rahmadani Telaumbanua (4193321012)

 

 DOSEN PENGAMPU   : Dr. Wawan Bunawan, M.Pd., M.Si

MATA KULIAH             : KEPEMIMPINAN

 

 

 

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

KATA PENGANTAR

          Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa buat Berkat dan KaruniaNya saya dapat menyelesaikan tugas Critical book review (CBR) dari mata kuliah kepemimpinan dengan tepat waktu dan baik.

          Critical book review  ini disusun berdasarkan  tugas dan pembelajaran yang telah diberikan kepada kamj dan kami berharap semoga critical book report ini dapat berguna dan dpat sebagai referensi buat orang lain.

          Rasa dan ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan CBR ini.

Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.Dan saya mengharapkan kritik dan saran,agar saya lebih baik dalam penyusunan dan pembuatan CBR.

Demikianlah CBR ini saya perbuat,akhir kata saya ucapkan terimakasih.

 

 

MEDAN,      September 2019

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….............ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....................1

         1.1  Latar Belakang…………………………………………………………......1

         1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………….........2

         1.3 Manfaat penulisan………………………………………………………...2

BAB II ISI BUKU………………………………………………………………..............3

         2.1 Identitas Buku…………………………………………………………......3

         2.2 Ringkasan isi buku…………………………………………………….....5

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………..........14

         3.1 Keunggulan……………………………………………………………........14

         3.2 Kelemahan………………………………………………………………......14

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….........15

         4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….......16

         4.2 Saran………………………………………………………………................16

DAFTAR PUSTAKA

                                     

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

              Kepemimpinan itu sangat penting karena diharapkan mampu mengatur pola sosialisasi dan interaksi diantara mereka dan yang lebih penting lagi,manusia dapat berharap dengan kepemimpinan agar mampu mengatur kehidupannya dengan lebih baik.Kita bisa melihat jangankan manusia,makhluk-makhluk lain pun memiliki kepemimpinan seperti binatang dan sebagainya.Pendek kata,ketika ada suatu komunitas,maka diperlukan kepemimpinan bahkan dalam posisi dua orang pun tatap dibutuhkan seorang pemimpin diantara mereka.

Pendelegasian wewenang dan koordinasi merupakan sesuatu yang sangat penting dan vital dalam organisasi manajemen / kantor. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik.Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi.Bila seorang atasan tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa selain dia sendiri. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi. Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen. Koordinasi juga merupakan  proses pengintegrasian tujuan-tujuan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.

Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang dan mengkoordinasikannya kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan. Ciptakan budaya bahwa pendelegasian wewenang adalah upaya agar manajer anda menjadi semakin matang. Koordinasi akan lebih membantu manajemen pekerjaan lebih efisien.

 

1.2 TUJUAN PENULISAN

              Tujuan dibuatnya critical book review yaitu untuk :

ü  Penyelesaian tugas  : Critical book Review yang membandingkan beberapa buku yang akan kita baca.

ü  Menambah             : Pengetahuan dan wawasan mengetahui buku yang akan dikritik

ü  Meningkatkan        : Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita kritik dengan cara meneliti lalu meringakas pembahasan isi buku

ü  Menguatkan           : Potensi atau keahlian  dalam mengkritik sebuah buku

1.3 MANFAAT

·       Dapat memecahkan tugas critical book review

·       Dapat menambah pengetahuan tentang Kepemimpinan Kearifan Lokal

·       Mengetahuan manfaat dan prinsip Kearifan lokal

·       Untuk mengetahui dan memahami isi buku yang dikritik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

ISI BUKU

 

2.1 IDENTITAS BUKU

A.      BUKU UTAMA

·       Judul                         : Model Kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas Tolatang Benteng

·       Edisi                          : 1

·       Pengarang              : Dr. Drs. Andi Rusdi Maidin, S.H.,M.Si.

·       Penerbit                  : CV. SAH MEDIA

·       Kota terbit              : Makassar

·       Tahun terbit          : 2017

·       ISBN                          : 978-602-6928-17-7

 

 

 

 

 

B.      BUKU PEMBANDING

·       Judul Buku                  : Membumikan Kearifan Lokal Dalam Kemandirian Ekonomi

·       Pengarang                   : Patta Rapanna; editor, Herawati Syamsul

·       Penerbit                       : CV. SAH MEDIA

·       Tahun Terbit              : 2016

·       Kota Terbit                 : MAKASAR

·       ISBN                               : 978-602-6928-03-0

·       Tebal Buku                  : 232 halaman

 

 

 

http://www.sahmedia.co.id/cover/q%20(FILEminimizer)(40).jpg
2.2 RINGKASAN MATERI

BUKU UTAMA

a. Pola Hubungan Uwatta Dalam Masyarakat

Salah satu unsur penentu maju mundurnya pembangunan di daerah dan pembangunan nasional pada umumnya adalah terwujudnya aparatur Negara di daerah yang merupakan pimpinan formal yang berfungsi melayani masyarakat, professional berdaya guna dan bertanggung jawab dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Disamping itu diharapkan berperannya pemimpin informal yakni pemimpin keagamaan atau organisasi yang ada di pedesaan atau diperkotaan. Suatu kenyataan  kehidupan masyarakat bahwa pemimpin informal terutama dalam rangka pelaksanan otonomi daerah memainkan peranan penting dan sangat menentukan usaha pencapaian tujuan yang telah disepakati atau diyakini keberadaannya.Kepemimpinan informal yang lazimnya muncul secara insidentil dalam kelompok pada situasi tertentu. Oleh karena itu kepemimipan semacam ini biasa oleh kelompok  benar-benar dirasakan memberikan sumbangan yang berharga bagi kelompok tersebut sehingga anggota kelompok tersebut mau mengikuti dan mentaati pemimpinnya. Pandangan tipe kepemimpinan dalam tiga kategori (tradisional, rasional dan karismatik) berasal dari Max Weber (2001-35) yang mengatakan bahwa hanya terdapat tiga jenis kepemimpinan yang murni yang didasarkan pada :

1.      Dasar Tradisional ialah kepemimpinan yang bersumber pada kepercyaan yang telah mapan terhadap kesucian tradisi kuno dan kedudukan yang sah dari mereka yang berhak melaksanakan fungsi kepemimpinan berdasarkan kewenangan menurut tradisi yang berlaku.Menurut pandangan Pawennnari Hijjang (2006-2) Yang dimaksud dengan tradisi adalah suatu sistem koordinasi yang bersifat wajib dan dinyatakan sah, dipercaya atas dasar kesucian dari tatanan sosial serta selau tedapat semacam kekuatan pengawasan yang dijalankan seperti yang telah terjadi seperti pada masa-masa yang lampau. Orang yang menjalankan fungsi kepemimpinan ditetapakan sesuai dengan aturan yang bersumber pada tradisi. Ketaatan kepada seorang pemimpin didasarkan pada kewenangan pribadinya yang ia dapat karena kedudukannya berdasarkan tradisi. Kelompok pendukung kepemimpinan tradisional menunjukkan interaksi atau antara hubungan warganya berdasarkan kesetiaan pribadi yang dibudayakan melalui proses pendidikan umum. Orang  yang menjalankan fungsi atasan melainkan sebagai majikan pribadi. Ketaatan tidak ditunjukkan pada peraturan yang berlaku, tetapi kepada orang-orang yang melaksanakan peran kepemimpinan berdasarkan tradisi atau seseorang yang terpilih untuk menduduki fungsi kepemimipnan berdasarkan tradisi.

2.      Dasar Rasional merupakan tipe kepemimpinan yang perannnya didasarkan pada pola-pola peraturan yang sah dan bersifat mengikat dan hak dari meraka yang di orbitkan menjadi pemimpin berdasarkan peraturan yang sah untuk menjadikan pemimpinnya agar sah juga. Dengan memperhatikan pandangan Max Weber tentang kepemimipnan rasional yang dasarnya adalah aturan- aturan yang dipergunakan dalam hubungan antar warga, antar warga dengan pemimpinnya, kewenangan memimpin, dan keharusan untuk tunduk dan patuh atas kepemimpinannya itu.

3.      Dasar Karismatik adalah tipe kepemimpinan yang bersumber kepada karisma dari seorang. Istilah karisma yang dipergunakan adalah suatu kualitas tertentu dari seseorang yang karena itu ia dikecualikan dari orang-orang biasa dan diperlakukan sebagai orang yang memiliki kekuatan atau sifat-sifat yang supranatural atau setidak-tidaknya sifat yang sangat khusus. Sifat-sifat tersebut merupakan perkecualian yang ia terima karean anugerah Tuhan atau sebagai teladan, dan atas dasar tersebut ia diperlakukan sebagai seorang pemimpin. Adair (2001-12). Karena itu pemimpin karismatik bersumber pada kepercayaan pribadi tertahap seseorang yang mempunyai kualifikasi tersebut. Kepemimpinan karismatik perannnya tidak didasarkan  atas pengakuan dari para pengikutnya, akan tetapi atas rasa terpanggil oleh kewajiban yang dibebankan diatas pundaknya sebagai karunia dari Tuhan yang harus ia terima dengan yakin. Sedangkan sifat-sifat yang khusus,masyarakat  pengikutnya menjadi taat dan patuh dengan penuh semangat. Pemimpin karisma lazimnya lahir pada saat-saat yang kritis yang memerlukan pemecahan masalah yang cepat dan drastis. Bentuk lahirian proses kepemimpinannya sering dianggap otoriter karenannya, walaupun dapat saja ia seorang yang berjiwa demokratis. Hal tersebut hanya merupakan akibat saja dari situasi yang dihadapinya.

Komunitas Tolotang  pada awalnya hanya menempati kelurahan Amparita, namun untuk saat sekarang ini di samping Amparita juga terdapat pada kelurahan Toddang Pulu, kelurahan Aratang dan desa Baula yang merupakan kelurahan dari hasil pemekaran ke;urahan Amparita. Berdasarkan uraian tersebut maka lahir permasalahan yang menarik untuk dikaji yaitu : “Bagaimana karasteristik (sifat) kepemimpinan Uwa dalam kehidupan sosial komunitas Tolatang?” 

b. Karasteriktik 

Karasteristik (sifat) kepemimpinan Uwa dalam kehidupan sosial komunitas Tolotang diAmparita;

1.      Kepemimpinan Karismatik Uwatta

Kepemimpinan karismatik  Uwa dalam komunitas Tolotang hubungannya dengan sejumlah dalil yang dapat diuji yang menyangkut proses-proses yang dapat diobservasi bukannya atas dasar cerita rakyat atau mistik. Hal tersebut didasarkan atas kenyataan yang dapat terjadi pada para pengikut Towani To lotang. Dapat diidentifikasikan bagaimana Uwa selaku pemimpin karismatik berprilaku, bagaimana mereka  berbeda dengan orang lain, serta dalam kondisi yang bagaimana mereka  memperoleh banyak kemungkinan untuk berkembang.  Dimasukkan ciri-ciri perilaku, pengaruh serta kondisi situasional Uwa sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan karismatik  Uwa mempunyai dampak yang dalam dan tidak biasa terhadap pengikutnya mereka merasakan bahwa keyakinan uwa adalah benar, mereka menerima Uwa tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada Uwa dengan senag hati, mereka merasa sayang terhadap pemimpin mereka, mereka terlibat secara emosional dan misi kelomopk atau komunitas tersebut. Kepemimpinan  Uwa akan lebih besar kemungkinannya untuk di lihat sebagai karismatik bila ia membuat pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri dan mengambil resiko pribadi untuk mencapai misti komunitas. Beberapa karakteristik Uwa yang menjadi ciri khas  sebagai pemimpin karismatik dalam kominitas Tolotang adalah mempunyai wawasan yang luas, mempunyai visi masa depan yang jelas, mampu menjalankan komunitas dengan baik.

Seorang Uwa dalam komunitas Tolotang di Amparita adalah orang yang mempunyai wibawa maupun kekuasan, sehingga ia diikuti oleh warga masyarakatnya. Dalam stuktur kepemimpinan Uwa pada komunitas To lotang terbentuk stratum-stratum, dimana setiap stratum mempunyai peranan dan fungsi masing-masing.

Sedikitnya ada tiga tugas utama dari Uwa, yaitu:

·       Membawahi hukum komunitas Tolotang

·       Merencanakan serangkaian kegiatan adat

·       Membuat/menetapkan suatu keputusan

Syarat-syarat yang harus dimiliki Uwa antara lain:

·       Status dalam adat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam artian merupakan keturunan dari Uwa terdahulu

·       Mempunyai keberanian dalam bertindak, jujur, adil, bijaksana dan berwibawa

·       Dipilih berdasarkan keputusan sidang adat

C.  Gaya Kepemimpinan Uwa

Uwatta  selaku pemimpin tertinggi mereka, memberikan kesempatan kepada anggota kelompok komunitas Tolotang untuk menyampaikan perasaannya, ide atau pendapat, bahkan mereka diberi kebebasan  untuk mendiskusikan masalah yang muncul dalam kelompok sehingga solusi yang didapatkan merupakan hasil pemikiran dari anggota yang dirumuskan secara bersama-sama. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan kommunitas Tolotang adalah gaya partisipatif.

Salah satu informan mengatakan bahwa: dalam mengambil keputusan atau menetapkan suatu keputusan pada komunitas Tolotang, Uwatta selalu menerapkan azas musyawarah untuk mencapai suatu mufakat. Dan dalam merealisasikan suatu keputusan bersama yang menyangkut keberadaan dan penembangan komunitas Tolotang, Uwatta selalu terlibat secara aktif didalamnya. Bahkan dalam setiap pertemuan, Uwatta selalu memaparkan keberhasilan –keberhasilan yang telah dicapai berdasarkan pengalaman-pengalaman bilamana menuruti tuntunan-tuntunan , baik yang sifatnya langsung dari Uwatta maupun dari dalam lontara.

BUKU PEMBANDING

Indonesia adalah negara yang sangat luas, di mana antar satu daerah dengan daerah lainnya memiliki karakteristik yang berbeda jika dilihat dari faktor geografis maupun sosial budaya dan ekonomi. Kondisi yang demikian menjadikan tiap-tiap daerah di Indonesia memiliki permasalahan yang berbeda. Sehingga setiap daerah memiliki cara yang berbeda pula untuk mengatasi permasalahan yang ada. Salah satu masalah yang sedang hangat dibicarakan saat ini adalah mengenai pasokan energi, baik di daerah maupun pusat.

Notabenenya, permasalahan ketersediaan energi di daerah perkotaan maupun pusat ibu kota cenderung jauh lebih mudah diatasi, karena akses yang mudah. Sedangkan terbatasnya akses di daerah terpencil menjadikan tempat tersebut sangat sulit untuk dijangkau. Sehingga cara penyelesaian terbaik dalam mengatasi ketersediaan energi di daerah tersebut adalah dengan menciptakan sumber energi yang berasal dari sumber daya lokal di daerah tersebut.

Salah satunya adalah distrik Bomberay yang berjarak sekitar 163 kilometer dari pusat kota Fak-fak. Dengan kondisi infrastruktur transportasi yang belum baik, dibutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk sampai menuju distrik tersebut dengan menggunakan truk yang hanya ada satu kali dalam sehari. Kondisi yang demikian menjadikan harga kebutuhan melambung tinggi, tidak terkecuali kebutuhan masyarakat akan sumber energi. Termasuk harga minyak yang berkisar antara lima hingga enam ribu rupiah per liternya.

Dalam perencanaan yang dibuat, reaktor biogas ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

1.      Proses pembuatannya yang sederhana, sehingga dapat diproduksi secara lokal oleh masyarakat,

2.      Bahan baku yang digunakan mudah didapatkan didaerah sekitar dengan harga yang terjangkau,

3.      Dapat memenuhi kebutuhan energi sekurang-kurangnya untuk satu kepala keluarga dari setiap reaktor biogas, dan

4.      Mudah dalam proses pengoperasian dan perawatannya oleh masyarakat. Empat kriteria tersebut ditentukan agar ke depannya program pembangunan reaktor biogas ini memiliki keberlangsungan yang panjang dalam memenuhi kebutuhan enegi bagi masyarakat Bomberay.

Pembuatan reaktor ini sendiri 100 persen dilakukan di distrik Bomberay dengan bahan baku lokal sebesar 90 persen. Jenis reaktor ini menggunakan sistem reactor continuous dengan penampungan gas floating dome yang berasal dari bahan drum. Dengan kapasitas tabung digester sebesar 400 liter, tabung pencampur 200 liter dan tabung penampung gas sebesar 100 liter.

Kotoran sapi dicampur dengan air dan diaduk hingga homogen dengan perbandingan 1:2 di dalam tabung pencampuran. Kemudian kotoran yang sudah bercampur dengan air di masukkan ke dalam tabung digester dan dibiarkan selama 3 hingga 7 hari untuk menghasilkan gas metana. Gas metana yang dihasilkan akan mengalir dengan sendirinya menuju tabung penampungan gas. Pengisian bahan baku biogas ini sendiri dilakukan selama dua hari sekali, dan jika bahan baku baru dimasukkan maka bahan baku yang telah berfermentasi di dalam tabung digester akan keluar dengan sendirinya melalui saluran tersendiri (outflow). Sisa bahan baku ini yang dimanfaatkan sebagai pupuk. Menurut hasil yang diperoleh, satu karung kotoran sapi (20 kilogram) dapat mengisi penuh tabung berukuran 75 liter selama 10 hari.

Untuk sementara biogas yang diproduksi hanya untuk menggantikan minyak tanah sebagai bahan baku keperluan rumah tangga dan belum berperan sebagai penerangan di distrik Bomberay yang masih belum memperoleh listrik. Sehingga nantinya warga tidak lagi bergantung terhadap pasokan minyak tanah yang mahal dan langka karena  jalur distribusi yang tidak lancar.

BAB  III

PEMBAHASAN

3.1 KEUNGGULAN

a.       Buku Utama

Setelah saya membaca buku utama yaitu buku Model Kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas Tolatang Benteng ada beberapa keunggulan yang saya dapat dari buku tersebut antara lain  :

·       Materi pembahasan yang disediakan  mudah untuk dipahami,

·       Menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami.

·       Membahas tentang kepemimpinan uwatta

b.      Buku pembanding

Keunggulan yang dapat saya  dari buku pembanding adalah :

·       Materi pembahasan yang lengkap daripada,

·       Ada juga kata-kata yang digunakan dalam buku mudah untuk dipahami oleh para pembaca.

 

3.2 KELEMAHAN

a.       Buku Utama

Adapun yang menjadi kelemahan dari buku utama adalah :

·       Pembahasan kurang lengkap

·       Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang bisa menarik perhatian sehingga terkesan sedikit membosankan ketika membaca buku ini

 

b.      Adapun yang menjadi kelemahan dari buku utama adalah :

·       Pada pembahasan digunakan istilah-istilah yang susah dimengerti/dipahami oleh pembaca

·       Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang bisa menarik perhatian sehingga terkesan sedikit membosankan ketika membaca buku ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

                      Sederhananya kepemimpinan adalah tentang mendapatkan sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.Teori dan model dapat membantu kita dalam proses memimpin dan dapat memberikan sebuah kerangka dimana untuk beroperasi baik pemimpin kearifan lokal. Pemimpin yang mendelegasikan tugas bertanggung jawab memberi  kredit kepada setiap pelaksana tugas atas hasil kerja yang telah diperlihatkannya. Pemimpin yang mendelegasikan tugas mutlak bertanggung jawab penuh atas sukses atau gagalnya suatu pelaksanaan kerja serta segala konsekuensi yang ditimbulkan oleh setiap bawahannya.

 

4.2 SARAN

              Semoga critical book review ini dapat bermanffat bagi para pembaca.Sebagai pemuda kita harus mempunyai kepemimpinan yang baik,saling membantu dan juga menjadi pemuda yang bertanggung jawab.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://books.google.co.id/books?id=4V1tDwAAQBAJ&pg=PA102&dq=kepemimpinan+kearifan+lokal&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiosZuS9ZXlAhXIuY8KHRHgBGYQ6AEIOjAD#v=onepage&q=kepemimpinan%20kearifan%20lokal&f=false

 

https://books.google.co.id/books?id=91RtDwAAQBAJ&pg=PT116&dq=kepemimpinan+kearifan+lokal&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiosZuS9ZXlAhXIuY8KHRHgBGYQ6AEIQDAE#v=onepage&q=kepemimpinan%20kearifan%20lokal&f=false