Model Kepemimpinan Uwatta dalam Komunitas Tolatang Benteng
(Dr.
Drs. Andi Rusdi Maidin, S.H.,M.Si.,
2017 )
Membumikan Kearifan Lokal
Dalam Kemandirian Ekonomi
(Patta Rapanna; editor, Herawati
Syamsul. , 2016)
NAMA
MAHASISWA : 1. Tara Puspita Sari Ritonga
(4191121021)
2. Maria Sartika
Simatupang (4192421022) 3. Desi Rahmadani Telaumbanua (4193321012)
DOSEN PENGAMPU : Dr.
Wawan Bunawan, M.Pd., M.Si
MATA KULIAH
: KEPEMIMPINAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa buat Berkat dan KaruniaNya
saya dapat menyelesaikan tugas Critical book review (CBR) dari mata kuliah
kepemimpinan dengan tepat waktu dan baik.
Critical
book review ini disusun berdasarkan tugas dan pembelajaran yang telah diberikan
kepada kamj dan kami berharap semoga critical book report ini dapat berguna dan
dpat sebagai referensi buat orang lain.
Rasa dan
ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan CBR ini.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Dan saya mengharapkan kritik dan saran,agar saya lebih baik dalam
penyusunan dan pembuatan CBR.
Demikianlah CBR ini saya perbuat,akhir kata saya ucapkan
terimakasih.
MEDAN, September
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….............ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………....................1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………......1
1.2 Tujuan
Penulisan…………………………………………………….........2
1.3 Manfaat
penulisan………………………………………………………...2
BAB II ISI BUKU………………………………………………………………..............3
2.1 Identitas Buku…………………………………………………………......3
2.2 Ringkasan
isi buku…………………………………………………….....5
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………..........14
3.1 Keunggulan……………………………………………………………........14
3.2
Kelemahan………………………………………………………………......14
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….........15
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………….......16
4.2 Saran………………………………………………………………................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan
itu sangat penting karena diharapkan mampu mengatur pola sosialisasi dan
interaksi diantara mereka dan yang lebih penting lagi,manusia dapat berharap
dengan kepemimpinan agar mampu mengatur kehidupannya dengan lebih baik.Kita
bisa melihat jangankan manusia,makhluk-makhluk lain pun memiliki kepemimpinan
seperti binatang dan sebagainya.Pendek kata,ketika ada suatu komunitas,maka
diperlukan kepemimpinan bahkan dalam posisi dua orang pun tatap dibutuhkan
seorang pemimpin diantara mereka.
Pendelegasian wewenang dan koordinasi merupakan
sesuatu yang sangat penting dan vital dalam organisasi manajemen / kantor.
Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang dan koordinasi agar mereka bisa
menjalankan operasi manajemen dengan baik.Selain itu, pendelegasian wewenang
adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi.Bila seorang atasan
tidak mau mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh
siapa-siapa selain dia sendiri. Bila atasan menghadapi banyak pekerjaan yang
tak dapat dilaksanakan oleh satu orang, maka ia perlu melakukan delegasi.
Pendelegasian juga dilakukan agar manajer dapat mengembangkan bawahan sehingga
lebih memperkuat organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan manajemen.
Koordinasi juga merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau
bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
secara efisien.
Yang penting disadari adalah di saat kita
mendelegasikan wewenang dan mengkoordinasikannya kita memberikan otoritas pada
orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini
yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan
delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab
tetap berada pada sang atasan. Ciptakan budaya bahwa pendelegasian wewenang
adalah upaya agar manajer anda menjadi semakin matang. Koordinasi akan lebih
membantu manajemen pekerjaan lebih efisien.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan
dibuatnya critical book review yaitu untuk :
ü Penyelesaian tugas :
Critical book Review yang membandingkan beberapa buku yang akan kita baca.
ü Menambah :
Pengetahuan dan wawasan mengetahui buku yang akan dikritik
ü Meningkatkan :
Ketelitian dan pemahaman dari buku yang kita kritik dengan cara meneliti lalu
meringakas pembahasan isi buku
ü Menguatkan :
Potensi atau keahlian dalam mengkritik
sebuah buku
1.3 MANFAAT
· Dapat memecahkan tugas critical book review
· Dapat menambah pengetahuan tentang Kepemimpinan Kearifan Lokal
· Mengetahuan manfaat dan prinsip Kearifan lokal
· Untuk mengetahui dan memahami isi buku yang dikritik
BAB II
ISI
BUKU
2.1 IDENTITAS BUKU
A. BUKU UTAMA
· Judul : Model Kepemimpinan
Uwatta dalam Komunitas Tolatang Benteng
· Edisi : 1
· Pengarang : Dr.
Drs. Andi Rusdi Maidin, S.H.,M.Si.
· Penerbit : CV. SAH MEDIA
· Kota terbit
: Makassar
· Tahun terbit : 2017
· ISBN :
978-602-6928-17-7
B. BUKU PEMBANDING
· Judul
Buku : Membumikan Kearifan Lokal Dalam Kemandirian Ekonomi
· Pengarang : Patta
Rapanna; editor, Herawati Syamsul
· Penerbit : CV. SAH MEDIA
· Tahun
Terbit : 2016
· Kota
Terbit : MAKASAR
·
ISBN : 978-602-6928-03-0
· Tebal
Buku : 232
halaman
2.2 RINGKASAN MATERI
BUKU UTAMA
a. Pola Hubungan Uwatta Dalam Masyarakat
Salah satu unsur penentu maju mundurnya pembangunan di daerah
dan pembangunan nasional pada umumnya adalah terwujudnya aparatur Negara di
daerah yang merupakan pimpinan formal yang berfungsi melayani masyarakat,
professional berdaya guna dan bertanggung jawab dalam mengembangkan kualitas
manusia Indonesia. Disamping itu diharapkan berperannya pemimpin informal yakni
pemimpin keagamaan atau organisasi yang ada di pedesaan atau diperkotaan. Suatu
kenyataan kehidupan masyarakat bahwa pemimpin informal terutama dalam
rangka pelaksanan otonomi daerah memainkan peranan penting dan sangat
menentukan usaha pencapaian tujuan yang telah disepakati atau diyakini
keberadaannya.Kepemimpinan informal yang lazimnya muncul secara insidentil
dalam kelompok pada situasi tertentu. Oleh karena itu kepemimipan semacam ini
biasa oleh kelompok benar-benar dirasakan memberikan sumbangan yang
berharga bagi kelompok tersebut sehingga anggota kelompok tersebut mau
mengikuti dan mentaati pemimpinnya. Pandangan tipe kepemimpinan dalam tiga
kategori (tradisional, rasional dan karismatik) berasal dari Max Weber
(2001-35) yang mengatakan bahwa hanya terdapat tiga jenis kepemimpinan yang
murni yang didasarkan pada :
1. Dasar Tradisional ialah kepemimpinan yang bersumber pada
kepercyaan yang telah mapan terhadap kesucian tradisi kuno dan kedudukan yang
sah dari mereka yang berhak melaksanakan fungsi kepemimpinan berdasarkan
kewenangan menurut tradisi yang berlaku.Menurut pandangan Pawennnari Hijjang
(2006-2) Yang dimaksud dengan tradisi adalah suatu sistem koordinasi yang
bersifat wajib dan dinyatakan sah, dipercaya atas dasar kesucian dari tatanan
sosial serta selau tedapat semacam kekuatan pengawasan yang dijalankan seperti
yang telah terjadi seperti pada masa-masa yang lampau. Orang yang menjalankan
fungsi kepemimpinan ditetapakan sesuai dengan aturan yang bersumber pada
tradisi. Ketaatan kepada seorang pemimpin didasarkan pada kewenangan pribadinya
yang ia dapat karena kedudukannya berdasarkan tradisi. Kelompok pendukung
kepemimpinan tradisional menunjukkan interaksi atau antara hubungan warganya
berdasarkan kesetiaan pribadi yang dibudayakan melalui proses pendidikan umum.
Orang yang menjalankan fungsi atasan melainkan sebagai majikan pribadi.
Ketaatan tidak ditunjukkan pada peraturan yang berlaku, tetapi kepada
orang-orang yang melaksanakan peran kepemimpinan berdasarkan tradisi atau
seseorang yang terpilih untuk menduduki fungsi kepemimipnan berdasarkan
tradisi.
2. Dasar Rasional merupakan tipe kepemimpinan yang perannnya
didasarkan pada pola-pola peraturan yang sah dan bersifat mengikat dan hak dari
meraka yang di orbitkan menjadi pemimpin berdasarkan peraturan yang sah untuk
menjadikan pemimpinnya agar sah juga. Dengan memperhatikan pandangan Max Weber
tentang kepemimipnan rasional yang dasarnya adalah aturan- aturan yang
dipergunakan dalam hubungan antar warga, antar warga dengan pemimpinnya,
kewenangan memimpin, dan keharusan untuk tunduk dan patuh atas kepemimpinannya
itu.
3. Dasar Karismatik adalah tipe kepemimpinan yang bersumber kepada
karisma dari seorang. Istilah karisma yang dipergunakan adalah suatu kualitas
tertentu dari seseorang yang karena itu ia dikecualikan dari orang-orang biasa
dan diperlakukan sebagai orang yang memiliki kekuatan atau sifat-sifat yang
supranatural atau setidak-tidaknya sifat yang sangat khusus. Sifat-sifat
tersebut merupakan perkecualian yang ia terima karean anugerah Tuhan atau
sebagai teladan, dan atas dasar tersebut ia diperlakukan sebagai seorang
pemimpin. Adair (2001-12). Karena itu pemimpin karismatik bersumber pada
kepercayaan pribadi tertahap seseorang yang mempunyai kualifikasi tersebut.
Kepemimpinan karismatik perannnya tidak didasarkan atas pengakuan dari
para pengikutnya, akan tetapi atas rasa terpanggil oleh kewajiban yang
dibebankan diatas pundaknya sebagai karunia dari Tuhan yang harus ia terima
dengan yakin. Sedangkan sifat-sifat yang khusus,masyarakat pengikutnya
menjadi taat dan patuh dengan penuh semangat. Pemimpin karisma lazimnya lahir
pada saat-saat yang kritis yang memerlukan pemecahan masalah yang cepat dan
drastis. Bentuk lahirian proses kepemimpinannya sering dianggap otoriter
karenannya, walaupun dapat saja ia seorang yang berjiwa demokratis. Hal
tersebut hanya merupakan akibat saja dari situasi yang dihadapinya.
Komunitas Tolotang pada awalnya hanya menempati kelurahan
Amparita, namun untuk saat sekarang ini di samping Amparita juga terdapat pada
kelurahan Toddang Pulu, kelurahan Aratang dan desa Baula yang merupakan
kelurahan dari hasil pemekaran ke;urahan Amparita. Berdasarkan uraian tersebut
maka lahir permasalahan yang menarik untuk dikaji yaitu : “Bagaimana
karasteristik (sifat) kepemimpinan Uwa dalam kehidupan sosial komunitas
Tolatang?”
b. Karasteriktik
Karasteristik (sifat) kepemimpinan Uwa dalam kehidupan sosial
komunitas Tolotang diAmparita;
1. Kepemimpinan Karismatik Uwatta
Kepemimpinan karismatik Uwa dalam komunitas Tolotang
hubungannya dengan sejumlah dalil yang dapat diuji yang menyangkut
proses-proses yang dapat diobservasi bukannya atas dasar cerita rakyat atau
mistik. Hal tersebut didasarkan atas kenyataan yang dapat terjadi pada para
pengikut Towani To lotang. Dapat diidentifikasikan bagaimana Uwa selaku
pemimpin karismatik berprilaku, bagaimana mereka berbeda dengan orang
lain, serta dalam kondisi yang bagaimana mereka memperoleh banyak
kemungkinan untuk berkembang. Dimasukkan ciri-ciri perilaku, pengaruh
serta kondisi situasional Uwa sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan
karismatik Uwa mempunyai dampak yang dalam dan tidak biasa terhadap
pengikutnya mereka merasakan bahwa keyakinan uwa adalah benar, mereka menerima
Uwa tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada Uwa dengan senag hati,
mereka merasa sayang terhadap pemimpin mereka, mereka terlibat secara emosional
dan misi kelomopk atau komunitas tersebut. Kepemimpinan Uwa akan lebih
besar kemungkinannya untuk di lihat sebagai karismatik bila ia membuat
pengorbanan-pengorbanan bagi diri sendiri dan mengambil resiko pribadi untuk
mencapai misti komunitas. Beberapa karakteristik Uwa yang menjadi ciri
khas sebagai pemimpin karismatik dalam kominitas Tolotang adalah
mempunyai wawasan yang luas, mempunyai visi masa depan yang jelas, mampu
menjalankan komunitas dengan baik.
Seorang Uwa dalam komunitas Tolotang di Amparita adalah orang
yang mempunyai wibawa maupun kekuasan, sehingga ia diikuti oleh warga
masyarakatnya. Dalam stuktur kepemimpinan Uwa pada komunitas To lotang
terbentuk stratum-stratum, dimana setiap stratum mempunyai peranan dan fungsi
masing-masing.
Sedikitnya ada tiga tugas utama dari Uwa, yaitu:
· Membawahi hukum komunitas Tolotang
· Merencanakan serangkaian kegiatan adat
· Membuat/menetapkan suatu keputusan
Syarat-syarat yang harus dimiliki Uwa antara lain:
· Status dalam adat mempunyai kedudukan yang tinggi dalam artian
merupakan keturunan dari Uwa terdahulu
· Mempunyai keberanian dalam bertindak, jujur, adil, bijaksana dan
berwibawa
· Dipilih berdasarkan keputusan sidang adat
C. Gaya Kepemimpinan Uwa
Uwatta selaku pemimpin tertinggi mereka, memberikan
kesempatan kepada anggota kelompok komunitas Tolotang untuk menyampaikan
perasaannya, ide atau pendapat, bahkan mereka diberi kebebasan untuk
mendiskusikan masalah yang muncul dalam kelompok sehingga solusi yang didapatkan
merupakan hasil pemikiran dari anggota yang dirumuskan secara bersama-sama.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan kommunitas Tolotang
adalah gaya partisipatif.
Salah satu informan mengatakan bahwa: dalam mengambil keputusan
atau menetapkan suatu keputusan pada komunitas Tolotang, Uwatta selalu
menerapkan azas musyawarah untuk mencapai suatu mufakat. Dan dalam
merealisasikan suatu keputusan bersama yang menyangkut keberadaan dan
penembangan komunitas Tolotang, Uwatta selalu terlibat secara aktif didalamnya.
Bahkan dalam setiap pertemuan, Uwatta selalu memaparkan keberhasilan
–keberhasilan yang telah dicapai berdasarkan pengalaman-pengalaman bilamana
menuruti tuntunan-tuntunan , baik yang sifatnya langsung dari Uwatta maupun
dari dalam lontara.
BUKU PEMBANDING
Indonesia adalah negara yang sangat
luas, di mana antar satu daerah dengan daerah lainnya memiliki karakteristik
yang berbeda jika dilihat dari faktor geografis maupun sosial budaya dan
ekonomi. Kondisi yang demikian menjadikan tiap-tiap daerah di Indonesia
memiliki permasalahan yang berbeda. Sehingga setiap daerah memiliki cara yang
berbeda pula untuk mengatasi permasalahan yang ada. Salah satu masalah yang
sedang hangat dibicarakan saat ini adalah mengenai pasokan energi, baik di daerah
maupun pusat.
Notabenenya, permasalahan
ketersediaan energi di daerah perkotaan maupun pusat ibu kota cenderung jauh
lebih mudah diatasi, karena akses yang mudah. Sedangkan terbatasnya akses di
daerah terpencil menjadikan tempat tersebut sangat sulit untuk dijangkau.
Sehingga cara penyelesaian terbaik dalam mengatasi ketersediaan energi di
daerah tersebut adalah dengan menciptakan sumber energi yang berasal dari
sumber daya lokal di daerah tersebut.
Salah satunya adalah distrik Bomberay
yang berjarak sekitar 163 kilometer dari pusat kota Fak-fak. Dengan kondisi
infrastruktur transportasi yang belum baik, dibutuhkan waktu sekitar 8 jam
untuk sampai menuju distrik tersebut dengan menggunakan truk yang hanya ada
satu kali dalam sehari. Kondisi yang demikian menjadikan harga kebutuhan
melambung tinggi, tidak terkecuali kebutuhan masyarakat akan sumber energi.
Termasuk harga minyak yang berkisar antara lima hingga enam ribu rupiah per
liternya.
Dalam perencanaan yang dibuat,
reaktor biogas ini harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
1.
Proses pembuatannya yang sederhana,
sehingga dapat diproduksi secara lokal oleh masyarakat,
2.
Bahan baku yang digunakan mudah
didapatkan didaerah sekitar dengan harga yang terjangkau,
3.
Dapat memenuhi kebutuhan energi sekurang-kurangnya
untuk satu kepala keluarga dari setiap reaktor biogas, dan
4.
Mudah dalam proses pengoperasian dan
perawatannya oleh masyarakat. Empat kriteria tersebut ditentukan agar ke
depannya program pembangunan reaktor biogas ini memiliki keberlangsungan yang
panjang dalam memenuhi kebutuhan enegi bagi masyarakat Bomberay.
Pembuatan reaktor ini sendiri 100
persen dilakukan di distrik Bomberay dengan bahan baku lokal sebesar 90 persen.
Jenis reaktor ini menggunakan sistem reactor continuous dengan
penampungan gas floating dome yang berasal dari
bahan drum. Dengan kapasitas tabung digester sebesar 400 liter, tabung
pencampur 200 liter dan tabung penampung gas sebesar 100 liter.
Kotoran sapi dicampur dengan air dan
diaduk hingga homogen dengan perbandingan 1:2 di dalam tabung pencampuran.
Kemudian kotoran yang sudah bercampur dengan air di masukkan ke dalam tabung
digester dan dibiarkan selama 3 hingga 7 hari untuk menghasilkan gas metana.
Gas metana yang dihasilkan akan mengalir dengan sendirinya menuju tabung
penampungan gas. Pengisian bahan baku biogas ini sendiri dilakukan selama dua
hari sekali, dan jika bahan baku baru dimasukkan maka bahan baku yang telah
berfermentasi di dalam tabung digester akan keluar dengan sendirinya melalui
saluran tersendiri (outflow). Sisa bahan baku ini yang dimanfaatkan
sebagai pupuk. Menurut hasil yang diperoleh, satu karung kotoran sapi (20
kilogram) dapat mengisi penuh tabung berukuran 75 liter selama 10 hari.
Untuk sementara biogas yang
diproduksi hanya untuk menggantikan minyak tanah sebagai bahan baku keperluan
rumah tangga dan belum berperan sebagai penerangan di distrik Bomberay yang
masih belum memperoleh listrik. Sehingga nantinya warga tidak lagi bergantung
terhadap pasokan minyak tanah yang mahal dan langka karena jalur
distribusi yang tidak lancar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KEUNGGULAN
a. Buku Utama
Setelah saya membaca buku utama yaitu buku Model Kepemimpinan Uwatta dalam
Komunitas Tolatang Benteng ada beberapa keunggulan yang saya dapat dari buku tersebut
antara lain :
· Materi pembahasan yang disediakan mudah untuk dipahami,
· Menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami.
· Membahas tentang kepemimpinan uwatta
b. Buku pembanding
Keunggulan yang dapat saya
dari buku pembanding adalah :
· Materi pembahasan yang lengkap daripada,
· Ada juga kata-kata yang digunakan dalam buku
mudah untuk dipahami oleh para pembaca.
3.2 KELEMAHAN
a. Buku Utama
Adapun yang menjadi kelemahan dari buku utama adalah :
· Pembahasan kurang lengkap
· Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang bisa
menarik perhatian sehingga terkesan sedikit membosankan ketika membaca buku ini
b. Adapun yang menjadi kelemahan dari buku utama adalah :
· Pada pembahasan digunakan istilah-istilah yang susah
dimengerti/dipahami oleh pembaca
· Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang bisa
menarik perhatian sehingga terkesan sedikit membosankan ketika membaca buku ini
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sederhananya kepemimpinan adalah tentang mendapatkan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama.Teori dan model dapat membantu
kita dalam proses memimpin dan dapat memberikan sebuah kerangka dimana untuk
beroperasi baik pemimpin kearifan lokal. Pemimpin
yang mendelegasikan tugas bertanggung jawab memberi kredit kepada setiap pelaksana tugas atas
hasil kerja yang telah diperlihatkannya. Pemimpin yang mendelegasikan tugas mutlak bertanggung jawab penuh atas
sukses atau gagalnya suatu pelaksanaan kerja serta segala konsekuensi yang ditimbulkan
oleh setiap bawahannya.
4.2 SARAN
Semoga
critical book review ini dapat bermanffat bagi para pembaca.Sebagai pemuda kita
harus mempunyai kepemimpinan yang baik,saling membantu dan juga menjadi pemuda
yang bertanggung jawab.
DAFTAR
PUSTAKA