Minggu, 04 April 2021

FILOSOFI ANAK

 

1.Jelaskan filosofi tentang anak dan pendidikan !

Jawaban :

A.    FILOSOFI ANAK

      Anak adalah seseorang yang berada dalam keadaan belum mempunyai kematangan dalam mencerna dan menyikapi kehidupan yang ada,hal ini sesuai dengan keberadaan dunia anak yang berbeda dengan dunia orang dewasa,sehingga pola pemahaman anak dengan orang dewasa akan berbeda satu sama lain. Anak yang dilahirkan sangat membutuhkan pertolongan dari orang dewasa guna membantu perkembangannya ke depan. Sebagaimana Abuddin Nata menjelaskan bahwa anak adalah seorang yang baru belajar,belum memiliki wawasan dan masih amat bergantung kepada orang dewasa. Ia masih memerlukan masukan berupa pengetahuan,keterampilan,pengalaman dan lain sebagainya,sehingga masih banyak memerlukan bimbingan. Keberadaan anak bisa dikatakan sebagai makhluk yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai taraf kematangan,baik fisik,mental,spiritual,intelektual,maupun psikologisnya.

Anak merupakan salah satu komponen terpenting dalam pendidikan. Tanpa anak,proses kependidikan tidak akan terlaksana. Oleh karena itu pengertian tentang anak dirasa perlu diketahui dan dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses pendidikannya nanti tidak akan terjadi perbedaan yang terlalu jauh dengan tujuan pendidikan yang direncanakan. Anak sebagai salah satu komponen pendidikan dalam hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius,terlebih selain sebagai objek juga berkedudukan yang demikian maka keterlibatan anak menjadi salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Dasar hakiki diperlukannya pendidikan bagi anak adalah karena manusia sebagai makhluk sosial yang dapat dibina dan diarahkan untuk mencapai kematangan dalam bersikap sangat memerlukan yang namanya bantuan,bimbingan,dan arahan dari pendidik.Filosofi anak adalah kyakinan atau pandangan hidup yang menyatakan tentang keberadaan anak.

          Berdasarkan definisi filosofi anak diatas merupakan rujukan dari  Wuwuh Asrining Surasmi

B.    Filosofi Pendidikan

Kajian filosofis tentang anak bersumber pada konsep filsafat pendidikan. Al-Syaibany dalam Muhmidayeli (2011:35) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Berdasarkan pengertian filsafat pendidikan ini, maka filsafat pendidikan anak pada hakikatnya adalah penerapan pandanganpandangan filsafat dalam pendidikan anak. Filsafat pendidikan anak merupakan pengaplikasian analisis-analisis atau kajian-kajian filsafat dalam penyelenggaraan pendidikan anak baik yang terkait dengan kurikulum, aspek pendidikan, tujuan pendidikan, obyek pendidikan, pendekatan, model pembelajaran, proses evaluasi dalam pendidikan anak usia dini. Filsafat pendidikan anak bertujuan untuk membantu merumuskan peran proses penyelenggaraan pendidikan untuk anak di dalam masyarakat, menafsirkan peran pendidikan, dan mengarahkan peran tersebut untuk merealisasikan tujuan dalam mengabdi kepada masyarakat baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Filsafat pendidikan anak akan menjawab pertanyaan berikut (a) bagaimana melayani anakanak supaya dapat berkembang dengan baik? (b) kegiatan-kegiatan apa saja yang cocok dan sesuai dengan kemampuan anak? (c) kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan-kemampuan apa saja yang harus dipenuhi anak-anak, dan dikembangkan anak-anak dalam kehidupan bermasyarakat? (d) nilai-nilai dan moralitas apa saja yang harus diperhatikan masyarakat dan hendaknya diwariskan kepada anak-anak? (e) bagaimana pola hubungan antara anak dengan orang dewasa? Filsafat pendidikan melakukan pengkajian secara mendalam, luas, mendasar tentang peranan pendidikan terhadap pengembangan anak dan memberikan arah yang benar tentang penyelenggaraan pendidikan anak. Filsafat pendidikan anak dibutuhkan untuk mengungkap dan mengkaji realitas yang sedang terjadi dalam proses pendidikan anak. Anak-anak, pada dasarnya, adalah filsuf alamiah.6 Artinya, mereka selalu menjadi seorang filsuf yang mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sudah jelas bagi orang dewasa. Seringkali, anak-anak menanyakan pertanyaan yang mengandung unsur politis, metafisis bahkan etis. Jawaban atas pertanyaan tersebut membutuhkan pemahaman tentang sejarah, politik dan metafisika yang cukup dalam. Anak-anak sudah memiliki semacam intuisi filosofis yang sudah ada secara alamiah di dalam dirinya. Berbagai penelitian, seperti dikutip oleh Maughn Gregory, menyatakan, bahwa pemahaman dan gaya berpikir filsafat yang diberikan sejak usia dini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik), kemampuan berhubungan dengan orang lain (sosial), kemampuan untuk berhadapan dengan kegagalan (psikologis), dan kemampuan untuk berpikir terbuka anak (ilmiah), sehingga ia bisa menerima pelajaran dari luar dengan lebih cepat dan mendalam. Dengan keempat kemampuan ini, anak pun bisa mengungkapkan perasaan dan pikirannya kepada orang lain dengan lancar. Di Jerman, program “anak-anak berfilsafat” (Kinder Philosophieren) sudah dimulai sejak dekade 1960-an. Metode yang digunakan sebenarnya cukup sederhana, yakni perumusan pertanyaan yang dibuat bersama-sama dengan anak (1), berdiskusi bersama anak, guna menjawab pertanyaan ini (2), melihat beberapa kemungkinan jawaban yang bersifat terbuka (3) dan mencoba menggali pertanyaan lebih jauh dari jawaban yang telah ada (4).

Metode tersebut harus juga memiliki roh. Ada dua roh yang ditawarkan di dalam filsafat untuk anak ini, yakni roh kesetaraan dan roh keterbukaan. Artinya, hubungan antara guru dan murid di dalam kelas haruslah merupakan hubungan kesetaraan. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Keduanya adalah partner untuk berpikir dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada. Yang kedua adalah keterbukaan.

2. a. Apa itu berpikir logis

b. Apa itu berpikir kritis?

c. Ungkapkan keterhubungan kedua term tersebut

Jawaban  :

a. Salah satu kemampuan yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu (Suriasumantri, 1990). Kemampuan ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika (Sumarmo, 1987; Priatna, 2003). Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2) kata-kata. Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak.Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.

b. Menurut Siswono  (2008)  berpikir  kritis  termasuk  salah  satu  perwujudan  berpikir  tingkat  tinggi  (high order thinking).Baker (1991) menjelaskan berpikir kritis digunakan seseorang dalam proses kegiatan mental seperti mengidentifikasi   pusat   masalah   dan   asumsi   dalam   sebuah   argumen, membuat simpulan yang benar dari data, membuat simpulan dari informasi atau data yang diberikan,  menafsirkan  apakah  kesimpulan  dijamin  berdasarkan  data  yang  diberikan,  dan mengevaluasi bukti atau otoritas.Berpikir  kritis  tidak  berarti  orang  yang  suka  berdebat  dengan  mempertentangkan pendapat  atau  asumsi  yang  keliru,  akan  tetapi  pemikir  kritis  juga  dapat memberikan  suatu solusi  dari  permasalahan  dan  pendapat  yang  disampaikan  memiliki  dasar  yang  tepat, rasional dan hati-hati. Sebagaimana menurutEnnis(2011)bahwa berpikir kritis merupakan berpikir  logis  atau  masuk  akal  yang  berfokus  pada  pengambilan  keputusan  tentang yang dipercaya dan dilakukan seseorang.Jufri  (2013)  menjelaskan  para  pemikir  kritis  selalu  melewati  beberapa  tahap  dalam tindakannya   yakni   merumuskan   masalah,   memberikan   argumen,   melakukan   deduksi, melakukan   induksi,   melakukan   evaluasi,   lalu   mengambil   keputusan   dan   menentukan tindakan.Tahap  ini  memiliki  kesamaan  karakteristik  dengan  langkah-langkah  pemecahan masalah  menurut  Polya  (1973),  yakni memahami  masalah,  merencanakan  penyelesaian, melaksanakan   perencanaan,   dan   memeriksa   kembali.Nampak   bahwa   langkah-langkah penalaran  yang  dilakukan  para  pemikir kritis  lebih  logis,  rasional,  cermat,  detail  langkah demi  langkah  sesuai  fokus  permasalahan  sebelum  mengambil  suatu  keputusan.Berpikir kritis juga lebih kompleks dari berpikir biasa pada umumnya yang hanya memahami konsep atau  masalah  saja  tanpa  bisa  mengidentifikasi  dan  mengeksplorasi  masalah  untuk  mencari solusi lebih lanjut karena berpikir kritis membutuhkan kemampuan mental dan kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

c. Kemampuan berpikir logis dan berpikir kritis diperlukan individu, pada saat beraktivitas dalam mengambil keputusan, menarik kesimpulan, dan melakukan pemecahan masalah.  Bentuk aktivitas yang dilakukan individu dalam berpikir logis adalah ketika menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu hasil diperoleh bagaimana cara menarik kesimpulan dari premis yang tersedia, dan menarik kesimpulan berdasarkan aturan inferensi tertentu.

 

 

1.     Anak  merupakan subjek utama dari studi atau kajian pedagogis, dari buku yang dibedah terdapat satu bab mengenai philosopy of children, jelaskan secara filosofis tentang anak dan pendidikan (apa hubungan anak dengan pendidikan)

2.     Ada 2 terminologi yang dewasa ini muncul dalam biidang pendidikan yaitu critical thinking (berpikir kritis) dan logcal thinking (berpikir logis)

a.     Apa itu berpikir kritis?

b.     Apa itu berpikir logis?

c.     Ungkapan keterhubungan antara kedua bidang tersebut?

JAWABAN:

1.     Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya, paling unik, penuh dinamika dalam perkembangannnya dan memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya yang dianugerahkan kepadanya bila mendapatkan layanan yang sesuai. Sebagai manusia, semenjak berusia dini mereka telah dibekali dengan berbagai potensi-potensi yang perlu dikembangkan agar kelak dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai manusia secara efektif dan produktif dalam menjalami kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya peran anak, para ahli pendidikan anak telah berusaha mencari jawaban yang akurat tentang anak. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan tentang anak.

Pertanyaan yang mendasar untuk menemukan jawaban yang akurat tentang anak adalah pertanyaan yang mencari kebenaran hakiki tentang anak.Pertanyaan yang mendasar terhadap hakikat anak dan pendidikan anak pada dasarnya merupakan upaya menemukan jawaban yang kebenaran tentang anak.Usaha untuk menemukan kebenaran tentang anak meruapakan usaha menemukan filsafat yang benar tantang anak. Sebelum membahas filsafat pendidikan anak usia dini, akan dibahas tentang pengertian filsafat pendidikan.

 

Bernadib (1987) mengemukan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan pada hakikatnya adalah penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Yahya Qohar (1983) mengatakan filsafat pendidikan adalah filsafat yang bergerak dalam lapangan pendidikan. Menurut Ozmon & Craver (1995) filsafat pendidikan dipandang sebagai aplikasi ide-ide filsafat terhadap masalah-masalah pendidikan. Al-Syaibany (1979) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pendidikan.

Berdasarkan pengertian filsafat pendidikan di atas, maka filsafat pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah penerapan pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan anak usia dini. Dalam arti lain, filsafat pendidikan anak usia dini adalah pengaplikasian analisis-analisis atau kajian-kajian filsafat dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini baik menyangkut kurikulum, aspek pendidikan, tujuan pendidikan, objek pendidikan, pendekatan, model pembelajaran, proses asemen dalam pendidikan anak.

Dikatakan bahwa apa yang disebut "iklim perkembangan anak-anak", lebih sering dilihat dari perspektif tiga faktor atau dimensi yang saling berinteraksi seperti;

1.     Kebahagiaan atau kesenangan orangtua atas prestasi anak-anak mereka;

2.     Kebutuhan dan tekanan yang memaksakan peran orang tua dalam proses;

3.     Perasaan tentang kompetensi orang tua terhadap perkembangan anak-anak mereka secara keseluruhan

Pendidikan seumur hidup dalam keluarga tertentu dimulai dengan hari-hari pertama kehidupan anak.Ini terutama terdiri dari memperoleh pengalaman yang biasanya dipengaruhi oleh pembelajaran konstan.Dalam hal ini, orang tua dan keluarga secara keseluruhan, memainkan peran sebagai pemimpin langsung dan juga pendukung pelaksanaan pendidikan anak-anak mereka.Karena ini adalah salah satu faktor inti pengaruh, bisa jadi dipandang sebagai yang mendasar yang tanpa keraguan memiliki pengaruh lebih besar pada pengembangan dan keseluruhan penciptaan kepribadian manusia.Pendidikan bersifat praktis dan filsafat adalah teori.Tidaklah kabur untuk mengatakan bahwa teori dan praktis itu identik.

Pendidik, yang harus berurusan dengan fakta kehidupan yang sebenarnya, Tetapi pengamatan yang seksama terhadap berbagai interpretasi filsafat akan membuktikan bahwa keduanya tidak lain adalah satu-satunya hal yang sama dilihat dari sudut yang berbeda. Filsafat adalah studi tentang realitas, pencarian kebijaksanaan.Ini bukan hanya berteori tetapi sesuatu yang datang secara alami untuk setiap individu.Seseorang yang masuk jauh ke dalam alasan dan sifat hal-hal dan mencoba untuk mencapai prinsip-prinsip umum tertentu dengan maksud untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya, adalah seorang filsuf. Filsafat adalah cara hidup. Dalam arti yang lebih luas, filsafat adalah cara memandang kehidupan, alam, dan kebenaran. Itu menetapkan cita-cita bagi seorang individu untuk mencapainya dalam waktu hidupnya.

 

2.     A. Berpikir logis

Berpikir adalah proses umum untuk menentukan sebuah isu dalam pikiran Solso juga mengatakan bahwa berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan. Logis atau logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa logika adalah ilmu berpikir Logika sebagai ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang metode-metode ilmiah. Berpikir logis merupakan cara berpikir yang runtut, masuk akal, dan berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004).

Berpikir logis juga dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.Berpikir logis adalah menggunakan seperangkat pernyataan untuk mendukung sebuah gagasan melalui penuturan yang sistematis. Siswa yang berpikir logis akan mengungkapkan ide atau gagasannya dalam urutan kata-kata yang terstruktur linear sehingga semua konstruksi argumennya menjadi benar. Supaya siswa sampai pada kegiatan berpikir logis hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dengan mencoba menjawab pertanyaan “mengapa, apa dan bagaimana”.kemampuan untuk mengikuti aturan logis yang bersifat konservasi pada tahap operasional konkret ditandai dengan kemampuan dalam identitas, reversibility dan decenter.

B.    Berpikir kritis (critical thinking) merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman yang mendalam. Inti kemampuan berpikir kritis adalah meliputi interpretation, analysis, inferensi, evaluation, explanation, dan self-regulation.Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional. Berpikir kritis menuntut adanya usaha, rasa peduli tentang keakurasian, kemauan, dan sikap tidak mudah menyerah ketika menghadapi tugas yang sulit. Demikian pula, dari orang yang berpikir kritis ini diperlukan adanya suatu sikap keterbukaan terhadap ide-ide baru. Asal-usul pemikiran kritis kembali ke karya-karya Aristoteles, Socrates, dan Plato. Socrates berkonsentrasi pada introspeksi dan berargumen untuk pemikiran, penyelidikan, dan kemauan untuk kritik yang diperlukan untuk pencapaian manusia. Aristoteles dan Plato berfokus pada penggunaan akal dan penyelidikan untuk menilai secara wajar yang menghasilkan kebebasan pribadi. Mereka menekankan pada pentingnya logika dan pemikiran kritis dalam mencapai kebebasan. John Dewey, filsuf pendidikan Amerika, focus tentang peran penting pemikiran kritis di pendidikan juga Pemikiran kritis diperlukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa Sebagian besar pendidik percaya bahwa berpikir kritis adalah tujuan utama pendidikan  yang ditampilkan melalui berbagai jenis efek sadar pada kualitas berpikir, otonomi

dalam membuat keputusan, dan tanggung jawab atas tindakan

Pemikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal, berhatihati dalam membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari temuan.

C.    Hubungan critical thinking dengan logical thinking

Berikut ini disajikan definisi operasional variabel yang terlibat dalam studi ini.

a.     Kemampuan berpikir logis meliputi kemampuan:

1.     Menarik kesimpulan atau membuat, perkiraan dan interpretasi berdasarkan proporsi yang sesuai.

2.     Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan dan prediksi berdasarkan peluang.

3.     Menarik kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan korelasi antara dua variabel.

4.     Menetapkan kombinasi beberapa variabel.

5.     Analogi adalah menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.

6.     Melakukan pembuktian.

7.     Menyusun analisa dan sintesa beberapa kasus.

b.     Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan yang meliputi:

1.     Menganalisis dan mengevaluasi argumen dan bukti.

2.     Menyusun klarifikasi

3.     Membuat pertimbangan yang bernilai,

4.     Menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan yang tidak relevan

5.     Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi.

Berpikir kritis ekuivalen dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi Dalam berpikir kritis termuat semua komponen berpikir tingkat tinggi, namun juga memuat disposisi berpikir kritis yang tidak termuat dalam berpikir tingkat tinggi.Sedangkan penalaran logis yaitu sebagai proses berfikir yang memuat kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan data dan peristiwa yang ada.berpikir menurut pola tertentu atau aturan inferensi logis atau prinsip-prisnsip logika untuk memperoleh kesimpulan. Berpikir logis memuat kegiatan penalaran logis dan kegiatan matematika lainnya yaitu: pemahaman,koneksi, komunikasi, dan penyelesaian masalah secara logis. Analisis tersebut melukiskan bahwa berpikir logis memiliki cakupan yang lebih luas dari pada penalaran logis.Dalam melaksanakann berpikir kritis, terlibat disposisi berpikir yang dicirikan dengan: bertanya secara jelas dan beralasan, berusaha memahami dengan baik, menggunakan sumber yang terpercaya, mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, berusaha tetap mengacu dan relevan ke masalah pokok, mencari berbagai alternatif, bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar