1.Jelaskan filosofi
tentang anak dan pendidikan !
Jawaban :
A.
FILOSOFI ANAK
Anak adalah seseorang yang berada dalam
keadaan belum mempunyai kematangan dalam mencerna dan menyikapi kehidupan yang
ada,hal ini sesuai dengan keberadaan dunia anak yang berbeda dengan dunia orang
dewasa,sehingga pola pemahaman anak dengan orang dewasa akan berbeda satu sama
lain. Anak yang dilahirkan sangat membutuhkan pertolongan dari orang dewasa
guna membantu perkembangannya ke depan. Sebagaimana Abuddin Nata menjelaskan
bahwa anak adalah seorang yang baru belajar,belum memiliki wawasan dan masih
amat bergantung kepada orang dewasa. Ia masih memerlukan masukan berupa
pengetahuan,keterampilan,pengalaman dan lain sebagainya,sehingga masih banyak
memerlukan bimbingan. Keberadaan anak bisa dikatakan sebagai makhluk yang
terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai taraf kematangan,baik
fisik,mental,spiritual,intelektual,maupun psikologisnya.
Anak merupakan salah satu
komponen terpenting dalam pendidikan. Tanpa anak,proses kependidikan tidak akan
terlaksana. Oleh karena itu pengertian tentang anak dirasa perlu diketahui dan
dipahami secara mendalam oleh seluruh pihak. Sehingga dalam proses
pendidikannya nanti tidak akan terjadi perbedaan yang terlalu jauh dengan
tujuan pendidikan yang direncanakan. Anak sebagai salah satu komponen
pendidikan dalam hal ini memerlukan perhatian yang cukup serius,terlebih selain
sebagai objek juga berkedudukan yang demikian maka keterlibatan anak menjadi
salah satu faktor penting dalam terlaksananya proses pendidikan. Dasar hakiki
diperlukannya pendidikan bagi anak adalah karena manusia sebagai makhluk sosial
yang dapat dibina dan diarahkan untuk mencapai kematangan dalam bersikap sangat
memerlukan yang namanya bantuan,bimbingan,dan arahan dari pendidik.Filosofi
anak adalah kyakinan atau pandangan hidup yang menyatakan tentang keberadaan
anak.
Berdasarkan definisi filosofi anak
diatas merupakan rujukan dari Wuwuh
Asrining Surasmi
B.
Filosofi Pendidikan
Kajian filosofis tentang anak
bersumber pada konsep filsafat pendidikan. Al-Syaibany dalam Muhmidayeli
(2011:35) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan
filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Berdasarkan
pengertian filsafat pendidikan ini, maka filsafat pendidikan anak pada
hakikatnya adalah penerapan pandanganpandangan filsafat dalam pendidikan anak.
Filsafat pendidikan anak merupakan pengaplikasian analisis-analisis atau
kajian-kajian filsafat dalam penyelenggaraan pendidikan anak baik yang terkait
dengan kurikulum, aspek pendidikan, tujuan pendidikan, obyek pendidikan,
pendekatan, model pembelajaran, proses evaluasi dalam pendidikan anak usia
dini. Filsafat pendidikan anak bertujuan untuk membantu merumuskan peran proses
penyelenggaraan pendidikan untuk anak di dalam masyarakat, menafsirkan peran
pendidikan, dan mengarahkan peran tersebut untuk merealisasikan tujuan dalam
mengabdi kepada masyarakat baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang. Filsafat pendidikan anak akan menjawab pertanyaan berikut (a) bagaimana
melayani anakanak supaya dapat berkembang dengan baik? (b) kegiatan-kegiatan
apa saja yang cocok dan sesuai dengan kemampuan anak? (c) kebutuhan-kebutuhan
dan kemampuan-kemampuan apa saja yang harus dipenuhi anak-anak, dan
dikembangkan anak-anak dalam kehidupan bermasyarakat? (d) nilai-nilai dan
moralitas apa saja yang harus diperhatikan masyarakat dan hendaknya diwariskan
kepada anak-anak? (e) bagaimana pola hubungan antara anak dengan orang dewasa?
Filsafat pendidikan melakukan pengkajian secara mendalam, luas, mendasar
tentang peranan pendidikan terhadap pengembangan anak dan memberikan arah yang
benar tentang penyelenggaraan pendidikan anak. Filsafat pendidikan anak dibutuhkan
untuk mengungkap dan mengkaji realitas yang sedang terjadi dalam proses
pendidikan anak. Anak-anak, pada dasarnya,
adalah filsuf alamiah.6 Artinya, mereka selalu menjadi seorang
filsuf yang mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal yang sudah jelas
bagi orang dewasa. Seringkali, anak-anak menanyakan pertanyaan yang mengandung
unsur politis, metafisis bahkan etis. Jawaban atas pertanyaan tersebut
membutuhkan pemahaman tentang sejarah, politik dan metafisika yang cukup dalam.
Anak-anak sudah memiliki semacam intuisi filosofis yang sudah ada secara
alamiah di dalam dirinya. Berbagai penelitian, seperti dikutip oleh Maughn
Gregory, menyatakan, bahwa pemahaman dan gaya berpikir filsafat yang diberikan
sejak usia dini dapat meningkatkan kemampuan berbahasa (linguistik), kemampuan
berhubungan dengan orang lain (sosial), kemampuan untuk berhadapan dengan
kegagalan (psikologis), dan kemampuan untuk berpikir terbuka anak (ilmiah),
sehingga ia bisa menerima pelajaran dari luar dengan lebih cepat dan mendalam.
Dengan keempat kemampuan ini, anak pun bisa mengungkapkan perasaan dan
pikirannya kepada orang lain dengan lancar. Di Jerman, program “anak-anak
berfilsafat” (Kinder Philosophieren) sudah
dimulai sejak dekade 1960-an. Metode yang digunakan sebenarnya cukup sederhana,
yakni perumusan pertanyaan yang dibuat bersama-sama dengan anak (1), berdiskusi
bersama anak, guna menjawab pertanyaan ini (2), melihat beberapa kemungkinan
jawaban yang bersifat terbuka (3) dan mencoba menggali pertanyaan lebih jauh
dari jawaban yang telah ada (4).
Metode tersebut harus juga memiliki roh. Ada dua roh yang
ditawarkan di dalam filsafat untuk anak ini, yakni roh kesetaraan dan roh
keterbukaan. Artinya, hubungan antara guru dan murid di dalam kelas haruslah
merupakan hubungan kesetaraan. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak ada yang
lebih rendah. Keduanya adalah partner untuk berpikir dan mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Yang kedua adalah keterbukaan.
2. a. Apa itu berpikir
logis
b. Apa itu berpikir
kritis?
c. Ungkapkan
keterhubungan kedua term tersebut
Jawaban :
a. Salah
satu kemampuan yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan
berpikir logis (penalaran), yaitu kemampuan menemukan suatu kebenaran
berdasarkan aturan, pola atau logika tertentu (Suriasumantri, 1990). Kemampuan
ini perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena dapat membantu
siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematika (Sumarmo, 1987;
Priatna, 2003). Berpikir secara logis adalah suatu proses
berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal. Secara etymologis
logika berasal dari kata logos yang mempunyai dua arti 1) pemikiran 2)
kata-kata. Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran
selalu diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata
sebagai ekspresi dari pemikiran”. Dengan berpikir logis, kita akan mampu
membedakan dan mengkritisi kejadian-kejadian yang terjadi pada kita saat ini
apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan sesuai dengan ilmu pengetahuan atau
tidak.Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga harus mampu berpikir kritis
sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang diterima oleh sistem indera
hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang berkaitan dan menggelitik
untuk dicari jawabannya.
b. Menurut Siswono (2008)
berpikir kritis termasuk
salah satu perwujudan
berpikir tingkat tinggi
(high order thinking).Baker (1991) menjelaskan berpikir kritis digunakan
seseorang dalam proses kegiatan mental seperti mengidentifikasi pusat
masalah dan asumsi
dalam sebuah argumen, membuat simpulan yang benar dari
data, membuat simpulan dari informasi atau data yang diberikan, menafsirkan
apakah kesimpulan dijamin
berdasarkan data yang
diberikan, dan mengevaluasi bukti
atau otoritas.Berpikir kritis tidak
berarti orang yang
suka berdebat dengan
mempertentangkan pendapat atau asumsi
yang keliru, akan
tetapi pemikir kritis
juga dapat memberikan suatu solusi
dari permasalahan dan
pendapat yang disampaikan
memiliki dasar yang
tepat, rasional dan hati-hati. Sebagaimana menurutEnnis(2011)bahwa
berpikir kritis merupakan berpikir
logis atau masuk
akal yang berfokus
pada pengambilan keputusan
tentang yang dipercaya dan dilakukan seseorang.Jufri (2013)
menjelaskan para pemikir
kritis selalu melewati
beberapa tahap dalam tindakannya yakni
merumuskan masalah, memberikan
argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi,
melakukan evaluasi, lalu
mengambil keputusan dan
menentukan tindakan.Tahap
ini memiliki kesamaan
karakteristik dengan langkah-langkah pemecahan masalah menurut
Polya (1973), yakni memahami masalah,
merencanakan penyelesaian,
melaksanakan perencanaan, dan
memeriksa kembali.Nampak bahwa
langkah-langkah penalaran
yang dilakukan para
pemikir kritis lebih logis,
rasional, cermat, detail
langkah demi langkah sesuai
fokus permasalahan sebelum
mengambil suatu keputusan.Berpikir kritis juga lebih kompleks
dari berpikir biasa pada umumnya yang hanya memahami konsep atau masalah
saja tanpa bisa
mengidentifikasi dan mengeksplorasi masalah
untuk mencari solusi lebih lanjut
karena berpikir kritis membutuhkan kemampuan mental dan kemampuan intelektual
yang lebih tinggi.
c. Kemampuan berpikir logis dan berpikir
kritis diperlukan individu, pada saat beraktivitas dalam mengambil keputusan,
menarik kesimpulan, dan melakukan pemecahan masalah. Bentuk aktivitas yang dilakukan individu
dalam berpikir logis adalah ketika menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu
hasil diperoleh bagaimana cara menarik kesimpulan dari premis yang tersedia,
dan menarik kesimpulan berdasarkan aturan inferensi tertentu.
1. Anak merupakan subjek utama dari studi atau kajian
pedagogis, dari buku yang dibedah terdapat satu bab mengenai philosopy of children, jelaskan secara
filosofis tentang anak dan pendidikan (apa hubungan anak dengan pendidikan)
2. Ada
2 terminologi yang dewasa ini muncul dalam biidang pendidikan yaitu critical
thinking (berpikir kritis) dan logcal thinking (berpikir logis)
a. Apa
itu berpikir kritis?
b. Apa
itu berpikir logis?
c. Ungkapan
keterhubungan antara kedua bidang tersebut?
JAWABAN:
1. Manusia
merupakan makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya, paling unik, penuh
dinamika dalam perkembangannnya dan memiliki potensi untuk mengembangkan
dirinya yang dianugerahkan kepadanya bila mendapatkan layanan yang sesuai.
Sebagai manusia, semenjak berusia dini mereka telah dibekali dengan berbagai
potensi-potensi yang perlu dikembangkan agar kelak dapat menjalankan fungsi dan
perannya sebagai manusia secara efektif dan produktif dalam menjalami kehidupan
sehari-hari. Begitu pentingnya peran anak, para ahli pendidikan anak telah
berusaha mencari jawaban yang akurat tentang anak. Pertanyaan-pertanyaan yang
sering diajukan tentang anak.
Pertanyaan yang mendasar untuk
menemukan jawaban yang akurat tentang anak adalah pertanyaan yang mencari
kebenaran hakiki tentang anak.Pertanyaan yang mendasar terhadap hakikat anak
dan pendidikan anak pada dasarnya merupakan upaya menemukan jawaban yang
kebenaran tentang anak.Usaha untuk menemukan kebenaran tentang anak meruapakan
usaha menemukan filsafat yang benar tantang anak. Sebelum membahas filsafat
pendidikan anak usia dini, akan dibahas tentang pengertian filsafat pendidikan.
Bernadib
(1987) mengemukan bahwa filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya
mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam lapangan pendidikan. Bersifat
filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan pada hakikatnya adalah
penerapan suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan. Yahya Qohar
(1983) mengatakan filsafat pendidikan adalah filsafat yang bergerak dalam
lapangan pendidikan. Menurut Ozmon & Craver (1995) filsafat pendidikan
dipandang sebagai aplikasi ide-ide filsafat terhadap masalah-masalah
pendidikan. Al-Syaibany (1979) mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan.
Berdasarkan pengertian filsafat
pendidikan di atas, maka filsafat pendidikan anak usia dini pada hakikatnya
adalah penerapan pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan anak usia dini.
Dalam arti lain, filsafat pendidikan anak usia dini adalah pengaplikasian
analisis-analisis atau kajian-kajian filsafat dalam penyelenggaraan pendidikan
anak usia dini baik menyangkut kurikulum, aspek pendidikan, tujuan pendidikan,
objek pendidikan, pendekatan, model pembelajaran, proses asemen dalam
pendidikan anak.
Dikatakan bahwa apa yang disebut
"iklim perkembangan anak-anak", lebih sering dilihat dari perspektif
tiga faktor atau dimensi yang saling berinteraksi seperti;
1. Kebahagiaan
atau kesenangan orangtua atas prestasi anak-anak mereka;
2. Kebutuhan
dan tekanan yang memaksakan peran orang tua dalam proses;
3. Perasaan
tentang kompetensi orang tua terhadap perkembangan anak-anak mereka secara
keseluruhan
Pendidikan seumur hidup dalam
keluarga tertentu dimulai dengan hari-hari pertama kehidupan anak.Ini terutama
terdiri dari memperoleh pengalaman yang biasanya dipengaruhi oleh pembelajaran
konstan.Dalam hal ini, orang tua dan keluarga secara keseluruhan, memainkan
peran sebagai pemimpin langsung dan juga pendukung pelaksanaan pendidikan
anak-anak mereka.Karena ini adalah salah satu faktor inti pengaruh, bisa jadi
dipandang sebagai yang mendasar yang tanpa keraguan memiliki pengaruh lebih
besar pada pengembangan dan keseluruhan penciptaan kepribadian
manusia.Pendidikan bersifat praktis dan filsafat adalah teori.Tidaklah kabur
untuk mengatakan bahwa teori dan praktis itu identik.
Pendidik, yang harus berurusan dengan
fakta kehidupan yang sebenarnya, Tetapi pengamatan yang seksama terhadap
berbagai interpretasi filsafat akan membuktikan bahwa keduanya tidak lain
adalah satu-satunya hal yang sama dilihat dari sudut yang berbeda. Filsafat
adalah studi tentang realitas, pencarian kebijaksanaan.Ini bukan hanya berteori
tetapi sesuatu yang datang secara alami untuk setiap individu.Seseorang yang masuk
jauh ke dalam alasan dan sifat hal-hal dan mencoba untuk mencapai
prinsip-prinsip umum tertentu dengan maksud untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-harinya, adalah seorang filsuf. Filsafat adalah cara hidup. Dalam arti
yang lebih luas, filsafat adalah cara memandang kehidupan, alam, dan kebenaran.
Itu menetapkan cita-cita bagi seorang individu untuk mencapainya dalam waktu
hidupnya.
2. A.
Berpikir logis
Berpikir adalah proses umum untuk
menentukan sebuah isu dalam pikiran Solso juga mengatakan bahwa berpikir adalah
proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi
oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan,
pengabstrakan, penalaran, penggambaran, pemecahan masalah logis, pembentukan
konsep, kreativitas dan kecerdasan. Logis atau logika berasal dari kata Yunani kuno “logos” yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan lewat bahasa logika adalah ilmu berpikir Logika
sebagai ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis sehingga membentuk suatu kesatuan serta memberikan penjelasan
tentang metode-metode ilmiah. Berpikir logis merupakan cara berpikir yang
runtut, masuk akal, dan berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu (Hadi, 2004).
Berpikir logis juga dapat diartikan
sebagai kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika
dan dapat membuktikan kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.Berpikir logis adalah
menggunakan seperangkat pernyataan untuk mendukung sebuah gagasan melalui
penuturan yang sistematis. Siswa yang berpikir logis akan mengungkapkan ide
atau gagasannya dalam urutan kata-kata yang terstruktur linear sehingga semua konstruksi
argumennya menjadi benar. Supaya siswa sampai pada kegiatan berpikir logis
hendaknya siswa dibiasakan untuk selalu tanggap terhadap permasalahan yang
dihadapi dengan mencoba menjawab pertanyaan “mengapa, apa dan bagaimana”.kemampuan
untuk mengikuti aturan logis yang bersifat konservasi pada tahap operasional
konkret ditandai dengan kemampuan dalam identitas,
reversibility dan decenter.
B. Berpikir
kritis (critical thinking) merupakan
pemikiran yang bersifat selalu ingin tahu terhadap informasi yang ada untuk
mencapai suatu pemahaman yang mendalam. Inti kemampuan berpikir kritis adalah
meliputi interpretation, analysis,
inferensi, evaluation, explanation, dan self-regulation.Berpikir kritis
merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai
kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif,
independen, jernih, dan rasional. Berpikir kritis menuntut adanya usaha, rasa
peduli tentang keakurasian, kemauan, dan sikap tidak mudah menyerah ketika
menghadapi tugas yang sulit. Demikian pula, dari orang yang berpikir kritis ini
diperlukan adanya suatu sikap keterbukaan terhadap ide-ide baru. Asal-usul
pemikiran kritis kembali ke karya-karya Aristoteles, Socrates, dan Plato.
Socrates berkonsentrasi pada introspeksi dan berargumen untuk pemikiran,
penyelidikan, dan kemauan untuk kritik yang diperlukan untuk pencapaian
manusia. Aristoteles dan Plato berfokus pada penggunaan akal dan penyelidikan
untuk menilai secara wajar yang menghasilkan kebebasan pribadi. Mereka
menekankan pada pentingnya logika dan pemikiran kritis dalam mencapai
kebebasan. John Dewey, filsuf pendidikan Amerika, focus tentang peran penting
pemikiran kritis di pendidikan juga Pemikiran kritis diperlukan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa Sebagian besar pendidik percaya bahwa
berpikir kritis adalah tujuan utama pendidikan
yang ditampilkan melalui berbagai jenis efek sadar pada kualitas
berpikir, otonomi
dalam membuat keputusan, dan tanggung jawab atas
tindakan
Pemikir kritis yang ideal memiliki
rasa ingin tahu yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran
terbuka, fleksibel, seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi
prasangka personal, berhatihati dalam membuat keputusan, bersedia
mempertimbangkan kembali, transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari
informasi yang relevan, beralasan dalam memilih kriteria, fokus dalam penyelidikan,
dan gigih dalam mencari temuan.
C. Hubungan
critical thinking dengan logical thinking
Berikut ini disajikan definisi operasional variabel
yang terlibat dalam studi ini.
a. Kemampuan
berpikir logis meliputi kemampuan:
1. Menarik
kesimpulan atau membuat, perkiraan dan interpretasi berdasarkan proporsi yang
sesuai.
2. Menarik
kesimpulan atau membuat perkiraan dan prediksi berdasarkan peluang.
3. Menarik
kesimpulan atau membuat perkiraan atau prediksi berdasarkan korelasi antara dua
variabel.
4. Menetapkan
kombinasi beberapa variabel.
5. Analogi
adalah menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan dua proses.
6. Melakukan
pembuktian.
7. Menyusun
analisa dan sintesa beberapa kasus.
b. Kemampuan
berpikir kritis adalah kemampuan yang meliputi:
1. Menganalisis
dan mengevaluasi argumen dan bukti.
2. Menyusun
klarifikasi
3. Membuat
pertimbangan yang bernilai,
4. Menyusun
penjelasan berdasarkan data yang relevan dan yang tidak relevan
5. Mengidentifikasi
dan mengevaluasi asumsi.
Berpikir
kritis ekuivalen dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi Dalam berpikir
kritis termuat semua komponen berpikir tingkat tinggi, namun juga memuat
disposisi berpikir kritis yang tidak termuat dalam berpikir tingkat tinggi.Sedangkan
penalaran logis yaitu sebagai proses berfikir yang memuat kegiatan menarik
kesimpulan berdasarkan data dan peristiwa yang ada.berpikir menurut pola
tertentu atau aturan inferensi logis atau prinsip-prisnsip logika untuk
memperoleh kesimpulan. Berpikir logis memuat kegiatan penalaran logis dan
kegiatan matematika lainnya yaitu: pemahaman,koneksi, komunikasi, dan
penyelesaian masalah secara logis. Analisis tersebut melukiskan bahwa berpikir
logis memiliki cakupan yang lebih luas dari pada penalaran logis.Dalam
melaksanakann berpikir kritis, terlibat disposisi berpikir yang dicirikan dengan:
bertanya secara jelas dan beralasan, berusaha memahami dengan baik, menggunakan
sumber yang terpercaya, mempertimbangkan situasi secara keseluruhan, berusaha
tetap mengacu dan relevan ke masalah pokok, mencari berbagai alternatif,
bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau
berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar