CRITICAL BOOK REPORT
PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Dosen Pengampun
: Lala Jelita Ananda, S.Pd.,M.Pd.
Judul Buku : Perkembangan Peserta
Didik
Nama Pengarang : Dr.
Masganti Sit, M.Ag
Penerbit/Tahun Terbit/Jumlah Halaman
:Perdana Publishing/2012/222
Nama Mahasiswa : Desy
Rahmadani Telaumbanua
Nim/Prodi : 4193321012/ Pendidikan
Fisika
PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
tentang “Critical Book Report Perkembang Peserta Didik” dengan tepat waktu
meskipun masih banyak terdapat kekurangan. Dan juga penulis berterima kasih
pada Ibu Lala Jelita Ananda, S.Pd.,M.pd selaku dosen mata kuliah Perkembang
Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai isi buku “Perkembang Peserta
Didik” karya Dr. Masganti Sit, M.Ag. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Medan,
07 September 2019
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………...……I
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………..……..II
BAB I PENDAHULUAN
a)
Latar
Belakang……………………………………………………………………...1
b)
Tujuan…………………………………………………………………………….…1
c)
Manfaat……………………………………………………………………………...1
BAB II ISI BUKU
a.
Bab
I Perkembangan Individu……………………………………………………….2
b.
Bab
II Perbedaan-Perbedaan Individual Peserta Didik……………………………...4
c.
Bab
III Perkembangan Fisik………………………………………………………....6
d.
Bab
IV Perkembangan Kognitif……………………………………………………..7
e.
Bab
V Perkembangan Sosial………………………………………………………...9
f.
Bab
VI Perkembangan Emosi…………………………………………………..….11
g.
Bab
VII Perkembangan Moral…………………………………………………..…14
h.
Bab
VIII Perkembangan Agama…………………………………………………...16
i.
Bab
IX Permasalahan Remaja Dan Solusinya……………………………………...22
BAB III PEMBAHASAN
a.
Kelemahan…………………………………………………………………………24
b.
Keungulan…………………………………………………………………………24
BAB IV PENUTUP
a.
Kesimpulan………………………………………………………………………...25
b.
Saran……………………………………………………………………………….25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia
membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang
utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah
karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik, maupun dengan
proses sosialisasi.Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat
memahamipengertian dan proses
sosialisasi peserta didik.Perkembangan adalah
salah satu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik baik dalam naungan lembaga formal maupun non-formal.
Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan
sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi
secaraberhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial,
setiap individu selalu
berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya.
B.
Tujuan
a.
Mempelajari
Karakteristik Perkembangan Emosional pada anak
b.
Mempelajari
perkembangan sosial pada anak
c.
Mempelajari
tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang
berbeda.
C.
manfaat
a.
Dengan
pengetahuan perkembangan peserta didik, akan dapat memberikan harapan yang
realistis terhadap anak dan remaja.
b.
Pengetahuan
tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat
terhadap perilaku tertentu seorang anak.
c.
Pengetahuan karakteristik tingkat kemampuan remaja dalam
mengendalikan emosi pada anak.
BAB II
ISI BUKU
BAB I PERKEMBANGAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN
Pertumbuhan
merupakan perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang meliputi peningkatan
ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang
bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan
metabolik.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan
sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses
pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang dengan menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.
B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Selama proses
perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:
1.
Perubahan
fisik : Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya
misalnya otak, jantung, dan lain sebagainya.
2.
Perubahan
mental · Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial,
dan imajinasi. · Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan
ciri-ciri sikap sosial yang, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan
sikap prososial.
C. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan yang dikemukakan
ahli psikologi perkembangan yaitu: enviromentalisme, naturalisme, etologis,
komparatif dan organismik, perkembangan kognitif, perkembangan moral,
pengondisian klasik, pengondisian operan, pemodelan, sosial-historis,
psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan humanistik.
D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
1. Tahap-tahap Perkembangan Manusia
dalam Pandangan Psikolog
a. Masa Bayi
(usia dari nol sampai dua tahun) Bayi mengalami dunia langsung lewat indranya.
Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun, mereka hanya merasakan
panas, dingin, enak atau sakit.
b. Masa
Kanak-kanak Awal (usia dua sampai duabelas tahun) Masa ini dimulai ketika anak
mulai memiliki independensi baru. Mereka sudah bisa berjalan, berbicara, makan
sendiri, dan berlari ke sana kemari.
c. Masa Kanak-kanak Akhir (usia duabelas
sampai limabelas tahun) Masa ini transisi masa anak ke masa dewasa. Anak berada
pada tahap prasosial, di mana anak hanya memperhatikan apa yang berguna bagi
dirinya sedikit saja dari mereka yang memiliki kepedulian terhadap menjaga
hubungan dengan orang lain.
d. Masa Dewasa
(usia limabelas sampai akhir hidup) Pada masa ini anak mulai merasa malu
berhadapan dengan lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual
yang mulai meningkat. Mereka lebih membutuhkan orang lain.
2. Tahap Perkembangan Manusia dalam
Ajaran Islam
Di dalam buku
Alquran dan Tafsirnya dijelaskan bahwa ketika di dalam kandungan dia berada
dalam tiga kegelapan, yaitu pada bagian dalam selaput yang menutupi bari dalam
rahim ibunya sehingga dia terhindar dari pembusukan. Selaput tersebut setelah
diteliti ternyata ada tiga lapis. Lapisan itu disebut oleh ilmuan dengan nama
lapisan membran. Lapisan membran yaitu membran amnion, membran charion, dan
membran decidua. Ketiga lapisan membran tersebut berfungsi melindungi bayi
selama dalam rahim ibunya dan mempermudah kelahiran bayi (Kemenag RI, Juz VIII,
2010: 414-415).
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN
Ada beberapa
faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan seseorang yaitu:
1.
Inteligensi
Inteligensi
2.
Seks
3.
Kelenjar-kelenjar
4.
Kebangsaan
(ras)
5.
Posisi
dalam keluarga
6.
Makanan
7.
Luka
dan penyakit
BAB II PERBEDAAN-PERBEDAAN
INDIVIDUAL PESERTA DIDIK
A.
PERBEDAAN-PERBEDAAN
FISIK
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan manusia. Pertumbuhan fisik meliputi:
perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin
yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), sampai penurunan kondisi
fisik. Sekalipun demikian dalam kelompok anak laki-laki dan perempuan juga
terdapat perbedaan, sehingga tidak dapat dikatakan harus selalu tepat sama.
1.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik pada anak perempuan meliputi:
-
Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi
panjang).
-
Pertumbuhan payudara.
-
Pembesaran pinggul
-
Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.
-
Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
-
Bulu kemaluan menjadi keriting.
-
Menstruasi atau haid.
-
Tumbuh bulu-bulu ketiak.
2.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik pada anak laki-laki meliputi:
- Pertumbuhan
tulang-tulang.
- Testis (buah
pelir) membesar.
- Tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap.
- Awal
perubahan suara.
- Ejakulasi
(keluarnya air mani)
- Bulu kemaluan
menjadi keriting.
- Pertumbuhan
tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
- Tumbuh
rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
- Tumbuh bulu
ketiak.
- Akhir
perubahan suara.
- Rambut-rambut
di wajah bertambah tebal dan gelap.
- Tumbuh bulu
di dada.
B.
PERBEDAAN
INTELIGENSI
Para
pakar psikologi menyebutkan bahwa inteligensi dapat diperoleh dalam inteligensi
verbal, kemampuan dalam memecahkan masalah, dan inteligensi praktis. Ini
berarti terdapat hubungan yang dekat dengan pendapat orang awam.
Prinsip-prinsip
yang digunakan Guilford dalam mengukur kecerdasan sebagai berikut:
1.
Keterampilan
mengemukakan alasan-alasan dan pemecahan masalah (melibatkan kemampuan berpikir
divergen dan konvergen)
2.
Operasi-operasi
ingatan dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang berbeda (perkalian dari 6
(enam) kemampuan produk dan 5 (lima) kemampuan konten)
3.
Keterampilan
membuat keputusan (operasi evaluasi)
4. Keterampilan yang berkaitan dengan bahasa
C. PERBEDAAN
GAYA BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR
1.
Gaya
Belajar
Gaya belajar adalah cara yang cenderung
dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses
informasi tersebut atau cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima
informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.
2.
Perbedaan
Gaya Berpikir
Gaya
berpikir konvergen selalu didapati pada peserta didik yang memiliki gaya
belajar auditori (auditory learner) dan gaya berpikir divergen selalu didapati
pada peserta didik yang memiliki gaya belajar visual.
D.
PERBEDAAN
KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah cara seseorang yang bersifat khas dalam
beradaptasi dengan lingkungannya.Perpaduan emosi stabil dan tidak stabil
melahirkan tiga pola kepribadian yaitu introversi-ekstraversi, neuriotis, dan
psikotis. Ketiga pola kepribadian tersebut memilki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ekstraversi-introversi Sifat-sifat utama ekstraversi antara lain: ramah,
lincah, aktif, asertif, suka mencari sensasi, periang, dominan, dan suka
berspekulasi. Sifat utama intraversi antara lain tidak sosial, pendiam, pasif,
ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang,
dan terkontrol.
BAB III PERKEMBANGAN FISIK
A.
PERKEMBANGAN
FISIK
Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat
berkembang berbagai perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan
kognitif, sosial, moral, agama, dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi
perkembangan psikis manusia.
B.
TAHAPAN PERKEMBANGAN FISIK MANUSIA
1.
Perkembangan
Fisik Pada Masa Anak-anak Perkembangan fisik anak-anak dimulai dari masa bayi
sampai masa anak-anak akhir. Pertumbuhan fisik pada masa anak-anak relatif
seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.
Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem
rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2.
Perkembangan
Fisik Pada Masa Remaja Perubahan yang paling dirasakan remaja adalah perubahan
fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan
eksternal tubuh anak-anak sebagai persiapan menjadi dewasa.
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN FISIK
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan fisik antara lain faktor keturunan (heredity)
dan lingkungan (environment). Faktorfaktor keturunan antara lain gen yang
mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna mata, dan warna
rambut. Faktor hereditas juga berkaitan dengan puncak perkembangan
(milestones). Faktor lingkungan (environment) seperti iklim, kesehatan, gizi,
pola asuh, dan kasih sayang orang tua juga mempengaruhi perkembangan fisik
anak.
D.
PERMASALAHAN
PERKEMBANGAN FISIK
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja
awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa
pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi
berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik
yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan.
Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka.
BAB IV
PERKEMBANGAN KOGNITIF
A.
PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Kognitif adalah
kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin menyatakan kemampuan kognitif
adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
1.
Pandangan
Piaget Tentang Perkembangan Kognitif.
Teori
perkembangan kognitif Piaget salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya.
Anak-anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan,
perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman.
Menurut Piaget,
adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi dari sudut biologis adalah integrasi antara
elemenelemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada
organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur
pengetahuan internal.
Piaget menskemakan perkembangan
kognitif manusia sebagai berikut:
a.
Tahap
sensorimotorik (0-2 tahun)
b.
Tahap
Preoperasional (2-7 tahun)
c.
Tahap
Operasioanal Kongkrit (7-11 tahun)
d.
Tahap
Operasional Formal (11-15 tahun)
2.
Pandangan
Bruner Tentang Perkembangan Kognitif Bruner menjabarkan 6 konsep pokok dalam
perkembangan kognitif, yaitu:
a.
Perkembangan
intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus.
b.
Pertumbuhan
tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang
dapat menggambarkan realita.
c.
Perkembangan
intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya
sendiri dan orang lain melalui katakata atau simbol.
d.
Interaksi
antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
e.
Bahasa
menjadi kunci perkembangan kognitif.
f.
Pertumbuhan
kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai
alternatif secara simultan.
3.
Pandangan
Vigotsky Tentang Perkembangan Kognitif Vygostsky adalah Vigotsky banyak
memberikan inspirasi pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa,
psikologi pendidikan, dan berbagai teori pembelajaran. Vygotsky menekankan
pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa
meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut.
4.
Pandangan
Chomsky Tentang Perkembangan Berpikir merupakan percakapan dalam hati. Bahasa
merupakan alat untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil pemikiran.
Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan
terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan. Perkembangan bahasa dapat
dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu:
a.
Empiristik
Menurut kaum empiris, yang dipelopori kaum Behavioris, kemampuan berbahasa
merupakan hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
b.
Nativistik
Menurut kaum navistik yang dipelopori oleh Chomsky menyatakan bahwa struktur
bahasa telah ditentukan secara biologis yang dibawa sejak lahir. Manusia
memiliki kemampuan bahasa sejak lahir yang berbeda dengan makhluk lainnya.
5.
Beberapa
Pendapat lain tentang Perkembangan Kemampuan Kognitif Di samping pendapat
keempat tokoh di atas the American Academy of Child and Adolescent’s Facts for
Families (2008) menyatakan perkembangan kognitif pada anak usia 11-13 tahun
meliputi:
· Pertumbuhan kemampuan berpikir
abstrak
· Lebih tertarik dengan pemikiran
mengenai masa depan
· Minat-minat intelelektual yang
lebih luas berkembang
· Lebih dalam memikirkan hal-hal
berkaitan dengan moral
Kemampuan kognitif ini terus
berkembang sejalan dengan usia remaja, sehingga remaja pada usia 14-18 tahun
telah memiliki kemampuan kognitif sebagai berikut:
· Meningkatnya kemampuan berpikir
abstrak
· Kemampuan yang lebih besar untuk
menentukan tujuan
· Lebih tertarik kepada
alasan-alasan moral
· Kemampuan berpikir tentang makna
hidup
BAB V PERKEMBANGAN SOSIAL
A.
PENGERTIAN
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan
sosial merupakan kematangan yang dicapai dalam hubungan sosial. Perkembangan
sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Tidak dapat dipungkiri
bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka
butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan kebutuhan
kodrati yang dimiliki oleh manusia.
B.
BENTUK-BENTUK
TINGKAH LAKU SOSIAL
Dalam
perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan tingkah laku sosial
dalam interaksi sosial di antaranya:
1. Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau
tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak.
2. Agresi (Agression) Agresi adalah
perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal).
Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustrasi (rasa kecewa
karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya).
3. Berselisih (Clashing) Sikap ini
terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku
anak lain.
4. Menggoda (Teasing) Menggoda
merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental
terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly) Persaingan
adalah Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan
pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerjasama (Cooperation) Sikap mau
bekerja sama dengan orang lain mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal
empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang
dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (ascendant
behavior) Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau
bersikap boss. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh,
mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri
(selffishness) Sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya
sendiri. Anak-anak menyukai hal-hal yang menguntungkan dirinya.
9. Simpati (Sympaty) Simpati
merupakan sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela
berbagi apa yang mereka miliki.
C. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Teori
perkembangan psikososial digagas oleh Erik Erikson. Dalam teori Erikson, 8
(delapan) tahap perkembangan yang dilalui manusia dalam siklus kehidupan (Feist
dan Feist, 2006). Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas
yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN SOSIAL Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu
:
1. Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan, termasuk
perkembangan sosial. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan
lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
2. Kematangan Untuk dapat
bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu
mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan
dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan merupakan proses
sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam
masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan
Intelegensi Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
D. UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL
PESERTA DIDIK
Ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembang-kan sikap sosial peserta
didik antara lain:
a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling
menghargai pada diri peserta didik.
b. Melaksanakan pembelajaran
koloboratif. Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan
berbagi dalam pembelajaran. didik.
BAB VI PERKEMBANGAN EMOSI
A. PENGERTIAN EMOSI DAN TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN EMOSI
1. Pengertian Emosi
Apakah yang
disebut emosi? Sebagian orang mengartikan emosi sama dengan perasaan. Orang-orang
telah mencoba untuk memahami fenomena emosi selama ribuan tahun. Definisi utama
emosi mengacu pada perasaan kuat yang melibatkan pikiran, perubahan fisiologis,
dan ekspresi pada sebuah perilaku. Berbagai teori yang terkait dengan perolehan
emosi juga bermunculan. Ada lima teori yang mencoba untuk memahami mengapa
seseorang mengalami emosi. Teori tersebut adalah Teori James-Lange, Teori
Meriam Bard, Teori Schachter-Singer, Teori Lazarus, dan Teori Feedback Facial.
Penjelasan masing-masing teori tersebut sebagai berikut.
2. Teori-Teori tentang Proses
Terjadinya Emosi
a.
Teori James-Lange Theory Teori James-Lange emosi berpendapat setelah
interpretasi dari rangsangan terjadi seseorang mengalami emosi. Jika seseorang
tidak menyadari atau tidak memikirkan rangsangan, maka dia tidak mengalami
emosi yang didasarkan pada rangsangan tersebut.
Teori James-Lange Theory Teori James-Lange emosi berpendapat setelah
interpretasi dari rangsangan terjadi seseorang mengalami emosi. Jika seseorang
tidak menyadari atau tidak memikirkan rangsangan, maka dia tidak mengalami
emosi yang didasarkan pada rangsangan tersebut.
b.
Teori Meriam Bard Teori Meriam Bard berpendapat bahwa seseorang
mengalami rangsangan fisiologis dan emosional pada saat yang sama, tetapi tidak
melibatkan peran pikiran atau perilaku lahiriah. Contoh: ketika seseorang
berjalan menyusuri lorong gelap larut dan dia mendengar sesuatu.

c.
Teori
Schachter-Singer Menurut teori ini, suatu peristiwa pertama menyebabkan
rangsangan fisiologis, kemudian seseorang harus mengidentifikasi alasan untuk
stimulus ini dan kemudian dia mendapat pengalaman yang disebut emosi.
d.






Teori Lazarus menyatakan bahwa pikiran harus datang sebelum emosi
atau rangsangan fisiologis. Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu
berpikir tentang situasi, sebelum dia mengalami emosi.
B.
JENIS-JENIS
EMOSI
Emosi manusia
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu emosi primer dan emosi
sekunder. Emosi primer adalah emosi utama yang dapat menimbulkan emosi
sekunder. Emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan. Emosi primer antara
lain gembira, sedih, marah, dan takut. Emosi sekunder adalah emosi yang timbul
sebagai gabungan dari emosi-emosi primer dan bersifat lebih kompleks. Emosi
sekunder berasal dari kesadaran dan evaluasi diri. Emosi sekunder antara lain
malu, iri hati, ujub, kagum, takjub, dan cinta.
Marah merupakan
emosi yang timbul karena keadaan yang muncul ketika individu telah melakukan
aktivitas, namun dia menemukan halangan-halangan yang menjengkelkan dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Marah dapat juga disebabkan seseorang merasa
terganggu dengan kondisi yang menghambat seseorang mencapai tujuannya.
C.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN EMOSI
Perkembangan emosional dimulai pada usia dini, ketika anakanak
masuk taman kanak-kanak dan prasekolah. Melalui interaksi mereka dengan orang
lain, anak-anak mengembangkan kemampuan sosial dan intelektualnya.
Dari umur 2
(dua) anak mulai menguji dirinya sendiri dengan batas-batas yang telah terhadap
perilaku mereka. Ini adalah standar anak-anak terhadap perilaku yang merupakan
cara yang baik untuk memulai proses perkembangan emosional. Bagi anak-anak
mengamuk adalah cara anak mengekspresikan diri karena kata-kata sering gagal
menyampaikan maksudnya. Mereka merasa bahwa kata-kata tidak cukup untuk
menyampaikan seluruh pesan. Pada usia 3 (tiga) tahun anak telah semakin
terampil mengatur emosinya. Anak sudah mulai paham ketika orang tua mengajarkan
bahwa tidak boleh membanting-banting mainan ketika marah.
Pada usia 4-6
tahun anak-anak juga telah mulai mampu mengenali orang lain. Penulis pernah
mengamati dua orang anak usia 4 (empat) yang sedang bermain ular tangga. Mereka
secara bergantian mengocok dadu tanpa menghiraukan siapa yang menang siapa yang
kalah. Ketika saya tanya mengapa mereka bergantian, salah seorang anak bernama
Rama menjawab: “ya bunda nanti kiki marah kalau tidak gantian.” Percakapan
tersebut membuat penulis paham bahwa anak-anak sebenarnya sudah memahami
perasaan teman-temannya. Mereka mulai empati jika perbuatannya membuat orang
lain menjadi marah atau sedih.
Pada usia tujuh
sampai dua belas tahun anak telah mampu melakukan regulasi diri yang lebih
variatif. Anak mulai mampu menunjukkan sikap yang pantas dalam ekspresi
emosinya. Mereka telah lebih mampu menyembunyikan emosi-emosi yang dianggap
melanggar aturan sosial. Mereka juga lebih mampu menunjukkan emosi-emosi yang
membuat orang lain senang, misalnya emosi gembira, senang, malu, kagum, dan
cinta.
Remaja usia
12-18 tahun sejalan dengan perkembangan kognitifnya telah mampu menerjemahkan
situasi sosial yang tepat untuk mengekspresikan emosi. Jika pengaturan diri
pada usia sebelumnya telah baik, Erikson menyatakan pada usia remaja berada
pada tahap industri dan identitas diri. Mereka akan lebih pandai bersahabat dan
mulai melepaskan diri dari ikatan emosi yang lebih kuat dengan orang tuanya.
BAB VII PERKEMBANGAN MORAL
A.
RUANG
LINGKUP PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan
moral adalah per- kembangan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, kesadaran untuk melakukan perbuatan
baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral
berkembang sesuai dengan usia anak. Moral berasal dari bahasa Latin mores
sendiri berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.
B.
TEORI-TEORI
PERKEMBANGAN MORAL
1. Perkembangan Moral Anak Menurut
Teori Psikoanalisa Frued (1856-1939) Sebagai dokter medis dengan spesialiasi
ilmu penyakit syaraf (neurology) ia menghabiskan sebagian waktunya untuk
perkembangan kepribadian manusia. Menurutnya kepribadian manusia memiliki tiga
struktur: id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian yang terdiri
dari naluri (instinct), yang merupakan gudang energi psikis individu.Ketika
anak menghadapi tuntutan dan hambatan realitas, suatu struktur kepribadian baru
muncul yaitu ego. Ego berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut “badan
pelaksana (executive branch), karena ego membuat keputusan-keputusan rasional.
Superego merupakan badan moral dalam kepribadian dan benar-benar
memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Superego mirip dengan apa yang
selalu kita sebut dengan kata hati.
2. Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif
a.
Jean
Piaget Jean Piaget adalah pakar psikologi dari Swiss yang hidup dari tahun
1896-1980. Pada awalnya Piaget lebih tertarik meneliti tentang perkembangan
kognitif pada manusia. Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri
secara aktif dunia kognitif mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam
pikiran anak lewat lingkungan.
b.
b.
Lawrence Kohlberg Lawrence Penelitian tersebut dilakukan Kohlberg dengan
mengadakan tes kepada 75 orang anak laki-laki yang berusia antara 10 hingga 16
tahun. Tes tersebut berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan
serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema moral. Misalnya
seorang suami yang harus mencuri obat dari toko obat untuk istrinya yang sakit,
karena tidak tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli obat tersebut.
c.
Teori
Belajar Sosial Albert Bandura Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan
oleh responden dalam merespon dilema moral yang dihadapinya, Kohlberg percaya
bahwa ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua
tahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah
internalisasi, yaitu perubahan perkem bangan dari perilaku yang dikendalikan
secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
C.
PENGEMBANGAN
MORAL
Mengingat pentingnya moral yang baik
dalam kehidupan manusia, maka berbagai cara mengembangkan moral telah
dilakukan. Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa cara pengembangan moral yang
baik dilakukan melalui pencontohan/keteladanan.
perkembangan moral merupakan salah
satu komponen pembelajaran nilai atau afektif. Keduanya menyatakan ada tujuh
isu yang berkaitan dengan desain pengembangan kurikulum afektif. Salah satu isu
tersebut adalah kurikulum terpadu yang merujuk kepada bagaimana topik-topik
atau programprogram afektif diintegrasikan ke dalam subjek-subjek dalam
kurikulum. Program-program afektif mengalir di dalam kurikulum tersebut. Salah
satu program afektif tersebut adalah memasukkan nilai-nilai moral ke dalam
kurikulum terpadu.
Penelitian Masganti (2009) tentang
kompetensi moral anak usia dini menujukkan bahwa pengembangan moral anak harus
dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Mengenalkan/mendiskusikan
nilai-nilai moral kepada peserta melalui diskusi dilema moral. Misalnya
mendiskusikan kebersihan lingkungan: mengapa, siapa, dan bagaimana
penyelesaiannya.
2. Mengajak peserta didik melakukan
alternatif-alternatif yang dipilih dalam melakukan nilai-nilai moral yang telah
didiskusikan. Misalnya membuang sampah pada tempatnya atau bersedia mengutip
sampah yang ada di lingkungan sekolah.
3. Mengajak peserta didik
mengenali/mengungkapkan perasaan yang muncul setelah melakukan alternatif
pemecahan masalah moral yang dipilih. Misalnya setelah seminggu progam
membersihkan sekolah dilaksanakan, siswa dikumpulkan untuk mengatakan berbagai
perasaannya setelah melakukan kesepakatan membersihkan lingkungan sekolah.
BAB VIII PERKEMBANGAN AGAMA
A.
PENGERTIAN
PERKEMBANGAN AGAMA
Jika perkembangan moral anak tidak
terjadi sejak lahir, per- kembangan agama pada anak menurut ajaran Islam telah
ada sejak anak lahir. Fitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang
menggerakkan hatinya untuk melakukan perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan
Yang Maha Esa telah ada dalam diri anak sejak dia berada di tulang sulbi orang
tuanya. Allah menyatakan hal ini dalam firman-Nya pada Alquran surat
al-A’râf/7: 172 yang berbunyi:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ
ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ
قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا
عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul
(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar
di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Hal ini dijelaskan Allah dalam
Alquran Surat Ar Rûm/ 30:30 yang berbunyi:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ
الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa
secara naluri manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya
Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya
telah tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia.
Perkembangan agama yang bersifat
potensi tersebut berjalan sesuai dengan perkembangan aspek psikologis lainnya
pada anak. Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata
orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh.
Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak
dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya.
B.
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN AGAMA
Harm dalam bukunya The Development of Religious on Children
sebagaimana dikutip Jalaluddin mengatakan perkembangan agama pada anak-anak
usia dini mengalami dua tingkatan sebagai berikut:
1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng) Konsep Tuhan pada anak
usia 3–6 tahun banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam
menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh
dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita Nabi akan dikhayalkan seperti
yang ada dalam dongeng-dongeng.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan) Pada tingkat ini
pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak (pengganti orantua) beralih pada
Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada
emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Dalam kehidupan manusia tahap
perkembangan agama dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1. Tahap dalam kandungan Untuk
memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang
berhubungan dengan psikis ruhani.
2. Tahap bayi Pada fase kedua ini
juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.
3. Tahap Anak-anak Masa ketiga
tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada fase
ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar
4. Tahap Remaja Pada masa remaja
sikap beragama bukan lagi sekedar peniruan dan pembiasaan, tetapi agama mulai
berkembang menjadi identitas diri remaja.
5. Tahap Dewasa Pada masa dewasa
agama telah menjadi kebutuhan. Orang-orang dewasa telah memilih agama yang
diyakininya.
C.
SIFAT
AGAMA PADA ANAK
Crapps dalam Hay (2006) menyatakan
ciri-ciri pokok dan sifat agama pada anak dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
pola orientasi:
a. Egocentric Orientation Orientasi
egosentris masa kanak-kanak digambarkan dalam penelitian Piaget tentang bahasa
anak usia 3-7 tahun.
b. Anthropomorphic Concreteness Pada
tahap ini, kata-kata dan gambaran keagamaan diterjemahkan dalam
pengalaman-pengalaman yang sudah dijalani dalam bentuk orang-orang yang sudah
dikenalinya
c. Experimentation, initiative,
spontaneity Usia 4-6 tahun merupakan tahun kritis di mana anak lebih mulai ke
luar rumah, mengambil inisiatif dan menampakkan diri di tempattempat permainan
bersama teman sepermainan dan orang dewasa lainnya.
D.
PERASAAN
BERAGAMA PADA REMAJA
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan
sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan
lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu
sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan
lingkungannya. Perasaan remaja kepada Tuhan belum tetap dan stabil, akan tetapi
adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang
sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya,
kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan
tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan
gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut
gagal atau merasa berdosa.
Daradjat (1970) menyatakan ada empat
sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1.
Percaya
ikut- ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang
didapat dari keluarga dan lingkungannya.
2.
Percaya
dengan kesadaran Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang
masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Biasanya semangat
agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
3.
Percaya,
tetapi agak ragu- ragu Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat
dibagi menjadi dua: a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses
perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran. b. Keraguan disebabkan
adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya,
atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.
Tidak
percaya atau cenderung ateis Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan
sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak
merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam
sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan
apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.
E.
MOTIVASI
BERAGAMA PADA REMAJA
Masganti
(2011) menyatakan motivasi beragama dalam ajaran Islam antara lain:
1.
Mengharapkan
cinta Allah
2.
Melepaskan
diri dari rasa putus asa dengan pertolongan Allah
3.
Mengharapkan
kehidupan yang bahagia di Akhirat.
4.
Membina
hubungan baik dengan manusia
Masganti
(2011) mengelompokkan keempat motivasi tersebut ke dalam dua kelompok yaitu:
1.
Motivasi
intrinsik yang terdiri dari rasa ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
2.
Motivasi
ekstrinsik yang terdiri untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan balasan surge
F.
FAKTOR-
FAKTOR KEBERAGAMAAN
Thouless (1992) mengemukakan empat
faktor keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu:
·
Pengaruh-
pengaruh sosial
·
Berbagai
pengalaman
·
Kebutuhan
·
Proses
pemikiran Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap
keberagamaan
G.
BERBAGAI
METODE PENGEMBANGAN AGAMA
1.
Pendidikan
Agama dengan Metode Keteladanan Keteladanan adalah metode tarbiyah yang selaras
dengan fitrah manusia. Salah satu dari sifat fitrah bahwa setiap manusia
mendambakan hadirnya seorang tokoh atau figur yang layak menjadi panutan dalam
kehidupannya.
2.
Pendidikan
Agama dengan Metode Pembiasaan Pembiasaan adalah metode yang harus dilakukan di
lingkungan keluarga. Kebiasaan terbentuk dengan selalu melakukannya sehingga
menjadi kebiasaan yang permanen. Kebiasaan dapat terjadi melalui
pengulangan-pengulangan tindakan secara konsisten.
3.
Pendidikan
Agama dengan Metode Nasihat Nasihat adalah sebuah keutamaan dalam beragama.
Pemberian nasihat harus dilakukan orang tua, guru, dan anggota masyarakat
lainnya kepada anak didik secara konsisten. orang tua atau guru
4.
Pendidikan
Seks Peserta didik usia remaja menghadapi 2 (dua) problem besar. Problem
pertama adalah problem intern ini secara alami akan terjadi pada diri remaja.
Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk
dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder
sudah mulai berkembang.
5.
Pembinaan
akhlak Akhlak akan menjaga seseorang terbebas dalam melakukan berbagai
kejahatan yang dapat merugikan kehidupan orang lain. Perbuatanperbuatan yang
merugikan orang lain, seperti pemukulan, pencurian, pembunuhan, dan perkelahian
selalu terjadi pada remaja. Allah swt berfirman tentang pentingnya persaudaraan
untuk menjaga kerukunan hidup. Agar metode ini dapat terlaksana dengan baik,
maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: a. Gunakan
bahasa yang baik dan sopan serta mudah dipahami anak didik. b. Jangan sampai
menyinggung perasaan orang yang dinasihati atau orang di sekitarnya. c.
Sesekali selingi nasihat dengan humor yang bisa membuat suasana lebih nyaman
bagi anak dengan tidak melanggar aturan yang melanggar Islam, seperti berbohong
BAB IX PERMASALAHAN REMAJA DAN
SOLUSINYA
A.
DIMENSI-DIMENSI
PERKEMBANGAN REMAJA
Masa remaja
merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke
tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1980: 2006).
1.
Dimensi
Biologis. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas
menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
2.
Dimensi
Kognitif Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan
abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti
ilmuwan.
3.
Dimensi
Moral Turiel menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya
(Turiel, 2008:6).
4.
Dimensi
Sosial-Emosional Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan
bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang
akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan
membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
5.
Dimensi
Agama Saat remaja mempersiapkan diri untuk menjadi anggota kelompok/jamaah
agama yang dianut orangtuanya, minat religius meninggi. Akibatnya remaja
mungkin akan berusaha mendalami ajaran agamanya, tetapi dalam usaha mendalami
ajaran agamanya remaja mungkin menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
logikanya. Pada saat seperti itu mungkin dia akan membandingkan keyakinan
agamanya dengan keyakinan agama teman-temannya.
B. PERMASALAHAN REMAJA DAN AKIBATNYA
Permasalahan
akhlak remaja adalah keterlibatan pada remaja dalam praktik akhlak tercela dalam
kehidupannya sehari-hari. Akhlak tercela yang selalu terjadi pada remaja saat
ini antara lain:
1.
Rendahnya
Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian besar
remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan
semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan
seperti tidak shalat, tidak puasa, berpacaran di tempat umum dan lain-lain.
2.
Menurunnya
pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian remaja
mengalami penurunan pengamalan agama dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka
mungkin sudah terbiasa atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak
melaksanakan shalat pada masa remaja.
3.
Penyalahgunaan
Narkoba Dari sejumlah 1,1 juta di tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008.
Saat ini data BNN 2008 menyebutkan bahwa ada 3,6 juta penyalahguna narkoba di
Indonesia dan 41% dari mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun
(Republika, 29 Juni 2009).
4.
Seks
bebas Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di
Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan ingin melakukan seks
bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan
seksual adalah melakukan hubungan seks.
5.
Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun
merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun
orang-orang disekitarnya.
6.
Bolos
sekolah 7 dari 30 orang anak yang diwawancarai Masngudin dalam penelitiannya
menyatakan bolos sekolah 3 sampai 4 hari dalam seminggu (Masnguddin, 2005: 31).
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya,
untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat-akibat
yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan akhlak remaja di atas antara lain:
1.
Terkena
HIV/AID
2.
Mencuri,
menodong, mencopet, dan sejenisnya
3.
Bunuh
Diri
4.
Berkelahi
dengan teman atau antar sekolah
5.
Kebut-kebutan
6.
Menggugurkan
kandungan
7.
Berbohong
C. SOLUSI MASALAH REMAJA
Permasalahan
akhlak remaja tidak dapat dihindari, tetapi yang harus dipikirkan dan dilakukan
adalah menemukan dan melakukan solusi untuk pemecahan masalah yang telah
terjadi dan mencegah jika permasalahan belum terjadi. Beberapa solusi yang
dapat ditawarkan antara lain:
1.
Membekali
Keimanan Remaja
2.
Memberi
Contoh dan Mengingatkan Pengamalan Ibadah Remaja
3.
Memberikan
informasi tentang bahaya merokok dan narkoba
4.
Memberikan
informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam Islam
5.
Membiasakan
anak bersikap terbuka kepada orang tua
6.
Mendoakan
anak
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Kelemahan
1.
Buku
ini tidak memiliki cover sehingga pembaca tidak menarik membaca buku ini.
2.
Dalam
buku ini masih terdapat kalimat-kalimat yang sulit untuk dipahami sehingga
dapat membingungkan para pembaca.
3.
Buku
ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga terkesan
sedikit membosankan ketika membaca buku ini.
B.
Keungulan
1.
Buku
ini menjelaskan secara detail mengenai bagaimana perkembang peserta didik,
tipe-tipe peserta didik dan perkembangan anak. Selain itu buku ini juga
membahas tentang permasalahn remaja yang wajib diterapkan pada anak-anak
2.
Bahasa
yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat
membantu pembaca untuk memahami dengan mudah apa isi buku yang disampaikan.
3.
Buku
ini juga mengajarkan kepada kita tentang perkembangan peserta didik yang
membuat kita para pembaca semakin paham.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjabaran
diatas dapat disimpulkan bahwa buku ini menjelaskan tentang
1.
Karakterisitik
perkembangan emosi pada anak banyak teori yang mengemukakannya saya tarik kesimpulan
bahwa emosi pada anak dalam mengekspresikan emosi karena kata-kata sering gagal
mengyampaikan maksudnya. contohnya pada saat anak mengamuk salah satu sikap
emosi anak untuk menyampaikan seluruh pesan perang orang tua atau guru dalam
menangapi sifat anak tersebut.
2.
Perkembangan
social pada anak itu pada keluarga, sebab keluarga proses pendidikan anak
pertama yang ia tau dengan berinteraksi dengan orang tua dan sekitarnya.
Semakin ia tumbuh dewasa maka si anak akan diperkenalkan dengan dunia luar
yaitu dunia sekolah bagaimana berinteraksi dengan teman,guru dan lingkungannya.
3.
Perkembangan
fisik merupaka tahap dari bayi hingga dewasa dengan melewati berbagai proses
yang lebih menonjol pada perkembangan fisik pada saat anak berusia 12-18 tahun
dimana anak mengalami masa remaja dengan di tandai pada perubahan fisik yang
mereka alami.
B.
Saran
Penulis menyarankan dalam melakukan
pencetakan buku ini sebaiknya pengarang menjelaskan lebih detail sub-bab agar
memudahkan pembaca dalam membaca isi buku. Selain itu pengarang juga dapat
menambahkan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan isi buku agar dapat
menarik minat pembaca dari semua kalangan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar