Minggu, 20 Oktober 2019

(CBR) CRITICAL BOOK REPORT PENDIDIKAN PESERAT DIDIK


CRITICAL BOOK REPORT
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Dosen Pengampun : Lala Jelita Ananda, S.Pd.,M.Pd.



Judul Buku                                            : Perkembangan Peserta Didik
Nama Pengarang                                    : Dr. Masganti Sit, M.Ag
Penerbit/Tahun Terbit/Jumlah Halaman     :Perdana Publishing/2012/222
Nama Mahasiswa                                  : Desy Rahmadani Telaumbanua
Nim/Prodi                                              : 4193321012/ Pendidikan Fisika

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas tentang “Critical Book Report Perkembang Peserta Didik” dengan tepat waktu meskipun masih banyak terdapat kekurangan. Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Lala Jelita Ananda, S.Pd.,M.pd selaku dosen mata kuliah Perkembang Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai isi buku “Perkembang Peserta Didik” karya Dr. Masganti Sit, M.Ag. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
                                                                                                Medan, 07 September 2019
                                       
                                                                                                               PENULIS







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...……I
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..……..II
BAB I PENDAHULUAN
a)      Latar Belakang……………………………………………………………………...1
b)      Tujuan…………………………………………………………………………….…1
c)      Manfaat……………………………………………………………………………...1
BAB II ISI BUKU
a.       Bab I Perkembangan Individu……………………………………………………….2
b.      Bab II Perbedaan-Perbedaan Individual Peserta Didik……………………………...4
c.       Bab III Perkembangan Fisik………………………………………………………....6
d.      Bab IV Perkembangan Kognitif……………………………………………………..7
e.       Bab V Perkembangan Sosial………………………………………………………...9
f.       Bab VI Perkembangan Emosi…………………………………………………..….11
g.      Bab VII Perkembangan Moral…………………………………………………..…14
h.      Bab VIII Perkembangan Agama…………………………………………………...16
i.        Bab IX Permasalahan Remaja Dan Solusinya……………………………………...22
BAB III PEMBAHASAN
a.       Kelemahan…………………………………………………………………………24
b.      Keungulan…………………………………………………………………………24
BAB IV PENUTUP
a.       Kesimpulan………………………………………………………………………...25
b.      Saran……………………………………………………………………………….25


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik, maupun dengan proses sosialisasi.Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahamipengertian dan proses sosialisasi peserta didik.Perkembangan adalah salah satu proses yang harus dialami oleh setiap  peserta didik baik dalam naungan lembaga formal maupun non-formal.
Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual(kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secaraberhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya.
B.     Tujuan
a.    Mempelajari Karakteristik Perkembangan Emosional pada anak
b.    Mempelajari perkembangan sosial pada anak
c.    Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
C.       manfaat
a.       Dengan pengetahuan perkembangan peserta didik, akan dapat memberikan harapan yang realistis terhadap anak dan remaja.
b.      Pengetahuan tentang perkembangan dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
c.       Pengetahuan  karakteristik tingkat kemampuan remaja dalam mengendalikan emosi pada anak.




BAB II
ISI BUKU

BAB I PERKEMBANGAN INDIVIDU
A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang meliputi peningkatan ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan menurut caranya, sehingga dapat memenuhi fungsinya.
B. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu:
1.      Perubahan fisik : Perubahan tinggi badan, berat badan, dan organ dalam tubuh lainnya misalnya otak, jantung, dan lain sebagainya.
2.      Perubahan mental · Perubahan yang meliputi : memori, penalaran, persepsi, emosi, sosial, dan imajinasi. · Hilangnya ciri-ciri sikap sosial yang lama dan berganti dengan ciri-ciri sikap sosial yang, misalnya egosentris yang hilang berganti dengan sikap prososial.

C. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
Menurut Crain (2007) ada 14 teori perkembangan yang dikemukakan ahli psikologi perkembangan yaitu: enviromentalisme, naturalisme, etologis, komparatif dan organismik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, pengondisian klasik, pengondisian operan, pemodelan, sosial-historis, psikonalitik, psiko-sosial, perkembangan bahasa, dan humanistik.


D. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN
1. Tahap-tahap Perkembangan Manusia dalam Pandangan Psikolog
a. Masa Bayi (usia dari nol sampai dua tahun) Bayi mengalami dunia langsung lewat indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau pemikiran apapun, mereka hanya merasakan panas, dingin, enak atau sakit.
b. Masa Kanak-kanak Awal (usia dua sampai duabelas tahun) Masa ini dimulai ketika anak mulai memiliki independensi baru. Mereka sudah bisa berjalan, berbicara, makan sendiri, dan berlari ke sana kemari.
 c. Masa Kanak-kanak Akhir (usia duabelas sampai limabelas tahun) Masa ini transisi masa anak ke masa dewasa. Anak berada pada tahap prasosial, di mana anak hanya memperhatikan apa yang berguna bagi dirinya sedikit saja dari mereka yang memiliki kepedulian terhadap menjaga hubungan dengan orang lain.
d. Masa Dewasa (usia limabelas sampai akhir hidup) Pada masa ini anak mulai merasa malu berhadapan dengan lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual yang mulai meningkat. Mereka lebih membutuhkan orang lain.
2. Tahap Perkembangan Manusia dalam Ajaran Islam
Di dalam buku Alquran dan Tafsirnya dijelaskan bahwa ketika di dalam kandungan dia berada dalam tiga kegelapan, yaitu pada bagian dalam selaput yang menutupi bari dalam rahim ibunya sehingga dia terhindar dari pembusukan. Selaput tersebut setelah diteliti ternyata ada tiga lapis. Lapisan itu disebut oleh ilmuan dengan nama lapisan membran. Lapisan membran yaitu membran amnion, membran charion, dan membran decidua. Ketiga lapisan membran tersebut berfungsi melindungi bayi selama dalam rahim ibunya dan mempermudah kelahiran bayi (Kemenag RI, Juz VIII, 2010: 414-415).
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Ada beberapa faktor-faktor yang berkaitan dengan perkembangan seseorang yaitu:
1.      Inteligensi Inteligensi
2.      Seks
3.      Kelenjar-kelenjar
4.      Kebangsaan (ras)
5.      Posisi dalam keluarga
6.      Makanan
7.      Luka dan penyakit
BAB II PERBEDAAN-PERBEDAAN INDIVIDUAL PESERTA DIDIK
A.  PERBEDAAN-PERBEDAAN FISIK
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan manusia. Pertumbuhan fisik meliputi: perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin kedua (sekunder), sampai penurunan kondisi fisik. Sekalipun demikian dalam kelompok anak laki-laki dan perempuan juga terdapat perbedaan, sehingga tidak dapat dikatakan harus selalu tepat sama.
1.    Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak perempuan meliputi:
- Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang).
- Pertumbuhan payudara.
- Pembesaran pinggul
- Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan.
- Mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya.
- Bulu kemaluan menjadi keriting.
- Menstruasi atau haid.
- Tumbuh bulu-bulu ketiak.
2.    Pertumbuhan dan perkembangan fisik pada anak laki-laki meliputi:
- Pertumbuhan tulang-tulang.
- Testis (buah pelir) membesar.
- Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap.
- Awal perubahan suara.
- Ejakulasi (keluarnya air mani)
- Bulu kemaluan menjadi keriting.
- Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya.
- Tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot).
- Tumbuh bulu ketiak.
- Akhir perubahan suara.
- Rambut-rambut di wajah bertambah tebal dan gelap.
- Tumbuh bulu di dada.


B.  PERBEDAAN INTELIGENSI
Para pakar psikologi menyebutkan bahwa inteligensi dapat diperoleh dalam inteligensi verbal, kemampuan dalam memecahkan masalah, dan inteligensi praktis. Ini berarti terdapat hubungan yang dekat dengan pendapat orang awam.
Prinsip-prinsip yang digunakan Guilford dalam mengukur kecerdasan sebagai berikut:
1.    Keterampilan mengemukakan alasan-alasan dan pemecahan masalah (melibatkan kemampuan berpikir divergen dan konvergen)
2.    Operasi-operasi ingatan dapat dibagi menjadi 30 keterampilan yang berbeda (perkalian dari 6 (enam) kemampuan produk dan 5 (lima) kemampuan konten)
3.    Keterampilan membuat keputusan (operasi evaluasi)
4.    Keterampilan yang berkaitan dengan bahasa

C. PERBEDAAN GAYA BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR
1.    Gaya Belajar
     Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut atau cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut.
2.    Perbedaan Gaya Berpikir
     Gaya berpikir konvergen selalu didapati pada peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori (auditory learner) dan gaya berpikir divergen selalu didapati pada peserta didik yang memiliki gaya belajar visual.

D.  PERBEDAAN KEPRIBADIAN
Kepribadian adalah cara seseorang yang bersifat khas dalam beradaptasi dengan lingkungannya.Perpaduan emosi stabil dan tidak stabil melahirkan tiga pola kepribadian yaitu introversi-ekstraversi, neuriotis, dan psikotis. Ketiga pola kepribadian tersebut memilki ciri-ciri sebagai berikut: a. Ekstraversi-introversi Sifat-sifat utama ekstraversi antara lain: ramah, lincah, aktif, asertif, suka mencari sensasi, periang, dominan, dan suka berspekulasi. Sifat utama intraversi antara lain tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang, dan terkontrol.





BAB III PERKEMBANGAN FISIK
A.    PERKEMBANGAN FISIK
Manusia terdiri dari fisik dan psikhis. Fisik merupakan tempat berkembang berbagai perkembangan manusia. Di dalam fisik terjadi perkembangan kognitif, sosial, moral, agama, dan bahasa. Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia.

B.   TAHAPAN PERKEMBANGAN FISIK MANUSIA
1.    Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-anak Perkembangan fisik anak-anak dimulai dari masa bayi sampai masa anak-anak akhir. Pertumbuhan fisik pada masa anak-anak relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2.    Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja Perubahan yang paling dirasakan remaja adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak sebagai persiapan menjadi dewasa.

C.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN FISIK
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik antara lain faktor keturunan (heredity) dan lingkungan (environment). Faktorfaktor keturunan antara lain gen yang mempengaruhi tinggi badan, berat badan, warna kulit, warna mata, dan warna rambut. Faktor hereditas juga berkaitan dengan puncak perkembangan (milestones). Faktor lingkungan (environment) seperti iklim, kesehatan, gizi, pola asuh, dan kasih sayang orang tua juga mempengaruhi perkembangan fisik anak.

D.    PERMASALAHAN PERKEMBANGAN FISIK
Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka.

BAB IV PERKEMBANGAN KOGNITIF
A.  PERKEMBANGAN KOGNITIF
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
B. TEORI-TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF
1.    Pandangan Piaget Tentang Perkembangan Kognitif.
Teori perkembangan kognitif Piaget salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Anak-anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri, orangtua dan teman.
Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi dari sudut biologis adalah integrasi antara elemenelemen eksternal (dari luar) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif meliputi objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.
Piaget menskemakan perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:
a.         Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)
b.        Tahap Preoperasional (2-7 tahun)
c.         Tahap Operasioanal Kongkrit (7-11 tahun)
d.        Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
2.    Pandangan Bruner Tentang Perkembangan Kognitif Bruner menjabarkan 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
a.         Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon terhadap stimulus.
b.        Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.
c.         Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui katakata atau simbol.
d.        Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
e.         Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f.         Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan.
3.      Pandangan Vigotsky Tentang Perkembangan Kognitif Vygostsky adalah Vigotsky banyak memberikan inspirasi pada pengembangan teknologi pembelajaran, bahasa, psikologi pendidikan, dan berbagai teori pembelajaran. Vygotsky menekankan pentingnya memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran. Lingkungan sekitar siswa meliputi orang-orang, kebudayaan, termasuk pengalaman dalam lingkungan tersebut.
4.      Pandangan Chomsky Tentang Perkembangan Berpikir merupakan percakapan dalam hati. Bahasa merupakan alat untuk berpikir dan bahasa mengekspresikan hasil pemikiran. Berpikir dan berbahasa merupakan dua aktivitas yang saling melengkapi dan terjadi dalam waktu yang relatif bersamaan. Perkembangan bahasa dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu:
a.       Empiristik Menurut kaum empiris, yang dipelopori kaum Behavioris, kemampuan berbahasa merupakan hasil belajar individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
b.      Nativistik Menurut kaum navistik yang dipelopori oleh Chomsky menyatakan bahwa struktur bahasa telah ditentukan secara biologis yang dibawa sejak lahir. Manusia memiliki kemampuan bahasa sejak lahir yang berbeda dengan makhluk lainnya.
5.      Beberapa Pendapat lain tentang Perkembangan Kemampuan Kognitif Di samping pendapat keempat tokoh di atas the American Academy of Child and Adolescent’s Facts for Families (2008) menyatakan perkembangan kognitif pada anak usia 11-13 tahun meliputi:
· Pertumbuhan kemampuan berpikir abstrak
· Lebih tertarik dengan pemikiran mengenai masa depan
· Minat-minat intelelektual yang lebih luas berkembang
· Lebih dalam memikirkan hal-hal berkaitan dengan moral
Kemampuan kognitif ini terus berkembang sejalan dengan usia remaja, sehingga remaja pada usia 14-18 tahun telah memiliki kemampuan kognitif sebagai berikut:
· Meningkatnya kemampuan berpikir abstrak
· Kemampuan yang lebih besar untuk menentukan tujuan
· Lebih tertarik kepada alasan-alasan moral
· Kemampuan berpikir tentang makna hidup

BAB V PERKEMBANGAN SOSIAL
A.  PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial merupakan kematangan yang dicapai dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.
B.  BENTUK-BENTUK TINGKAH LAKU SOSIAL
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, anak mewujudkan tingkah laku sosial dalam interaksi sosial di antaranya:
1. Pembangkangan (Negativisme) Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan anak.
2. Agresi (Agression) Agresi adalah perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustrasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya).
3. Berselisih (Clashing) Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
4. Menggoda (Teasing) Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly) Persaingan adalah Keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerjasama (Cooperation) Sikap mau bekerja sama dengan orang lain mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin berkembang dengan baik.
7. Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior) Tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap boss. Wujud dari sikap ini adalah memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness) Sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya sendiri. Anak-anak menyukai hal-hal yang menguntungkan dirinya.
9. Simpati (Sympaty) Simpati merupakan sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya. Mereka rela berbagi apa yang mereka miliki.
C. TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Teori perkembangan psikososial digagas oleh Erik Erikson. Dalam teori Erikson, 8 (delapan) tahap perkembangan yang dilalui manusia dalam siklus kehidupan (Feist dan Feist, 2006). Masing-masing tahap terdiri dari tugas perkembangan yang khas yang menghadapkan individu dengan suatu krisis yang harus dihadapi.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan, termasuk perkembangan sosial. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
2. Kematangan Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, di samping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa.
D. UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembang-kan sikap sosial peserta didik antara lain:
 a. Melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif akan mengembangkan sikap kerjasama dan saling menghargai pada diri peserta didik.
b. Melaksanakan pembelajaran koloboratif. Pembelajaran kolaboratif akan mengembangkan sikap membantu dan berbagi dalam pembelajaran. didik.
BAB VI PERKEMBANGAN EMOSI
A. PENGERTIAN EMOSI DAN TEORI-TEORI PERKEMBANGAN EMOSI
1. Pengertian Emosi
Apakah yang disebut emosi? Sebagian orang mengartikan emosi sama dengan perasaan. Orang-orang telah mencoba untuk memahami fenomena emosi selama ribuan tahun. Definisi utama emosi mengacu pada perasaan kuat yang melibatkan pikiran, perubahan fisiologis, dan ekspresi pada sebuah perilaku. Berbagai teori yang terkait dengan perolehan emosi juga bermunculan. Ada lima teori yang mencoba untuk memahami mengapa seseorang mengalami emosi. Teori tersebut adalah Teori James-Lange, Teori Meriam Bard, Teori Schachter-Singer, Teori Lazarus, dan Teori Feedback Facial. Penjelasan masing-masing teori tersebut sebagai berikut.
2. Teori-Teori tentang Proses Terjadinya Emosi
a.       Text Box: Menimbulkan gejala fisikTeori James-Lange Theory Teori James-Lange emosi berpendapat setelah interpretasi dari rangsangan terjadi seseorang mengalami emosi. Jika seseorang tidak menyadari atau tidak memikirkan rangsangan, maka dia tidak mengalami emosi yang didasarkan pada rangsangan tersebut.
Text Box: emosi
Text Box: Penafsiran Text Box: Peristiwa


b.    Text Box: Gejala fisik  Teori Meriam Bard Teori Meriam Bard berpendapat bahwa seseorang mengalami rangsangan fisiologis dan emosional pada saat yang sama, tetapi tidak melibatkan peran pikiran atau perilaku lahiriah. Contoh: ketika seseorang berjalan menyusuri lorong gelap larut dan dia mendengar sesuatu.
Text Box: Peristiwa
Text Box: emosi


c.       Teori Schachter-Singer Menurut teori ini, suatu peristiwa pertama menyebabkan rangsangan fisiologis, kemudian seseorang harus mengidentifikasi alasan untuk stimulus ini dan kemudian dia mendapat pengalaman yang disebut emosi.
Text Box: peristiwa
Text Box: emosi Text Box: alasan
Text Box: Menimbulkan gejala fisik


d.      Text Box: peristiwaText Box: pikiranText Box: Menimbulkan Gejala FisikText Box: emosiTeori Lazarus menyatakan bahwa pikiran harus datang sebelum emosi atau rangsangan fisiologis. Dengan kata lain, seseorang harus terlebih dahulu berpikir tentang situasi, sebelum dia mengalami emosi.

Text Box: Perubahan wajahText Box: peristiwae. Teori facial feedback (Umpan Balik Wajah) Menurut teori umpan balik wajah, emosi adalah pengalaman perubahan pada otot wajah seseorang. Ketika seseorang tersenyum, dia kemudian mengalami kesenangan, atau kebahagiaan Ketika dia cemberut, dia kemudian mengalami kesedihan
Text Box: emosi


B.  JENIS-JENIS EMOSI
Emosi manusia dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu emosi primer dan emosi sekunder. Emosi primer adalah emosi utama yang dapat menimbulkan emosi sekunder. Emosi primer muncul begitu manusia dilahirkan. Emosi primer antara lain gembira, sedih, marah, dan takut. Emosi sekunder adalah emosi yang timbul sebagai gabungan dari emosi-emosi primer dan bersifat lebih kompleks. Emosi sekunder berasal dari kesadaran dan evaluasi diri. Emosi sekunder antara lain malu, iri hati, ujub, kagum, takjub, dan cinta.
Marah merupakan emosi yang timbul karena keadaan yang muncul ketika individu telah melakukan aktivitas, namun dia menemukan halangan-halangan yang menjengkelkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Marah dapat juga disebabkan seseorang merasa terganggu dengan kondisi yang menghambat seseorang mencapai tujuannya.
C.     TAHAPAN PERKEMBANGAN EMOSI
Perkembangan emosional dimulai pada usia dini, ketika anakanak masuk taman kanak-kanak dan prasekolah. Melalui interaksi mereka dengan orang lain, anak-anak mengembangkan kemampuan sosial dan intelektualnya.
Dari umur 2 (dua) anak mulai menguji dirinya sendiri dengan batas-batas yang telah terhadap perilaku mereka. Ini adalah standar anak-anak terhadap perilaku yang merupakan cara yang baik untuk memulai proses perkembangan emosional. Bagi anak-anak mengamuk adalah cara anak mengekspresikan diri karena kata-kata sering gagal menyampaikan maksudnya. Mereka merasa bahwa kata-kata tidak cukup untuk menyampaikan seluruh pesan. Pada usia 3 (tiga) tahun anak telah semakin terampil mengatur emosinya. Anak sudah mulai paham ketika orang tua mengajarkan bahwa tidak boleh membanting-banting mainan ketika marah.
Pada usia 4-6 tahun anak-anak juga telah mulai mampu mengenali orang lain. Penulis pernah mengamati dua orang anak usia 4 (empat) yang sedang bermain ular tangga. Mereka secara bergantian mengocok dadu tanpa menghiraukan siapa yang menang siapa yang kalah. Ketika saya tanya mengapa mereka bergantian, salah seorang anak bernama Rama menjawab: “ya bunda nanti kiki marah kalau tidak gantian.” Percakapan tersebut membuat penulis paham bahwa anak-anak sebenarnya sudah memahami perasaan teman-temannya. Mereka mulai empati jika perbuatannya membuat orang lain menjadi marah atau sedih.
Pada usia tujuh sampai dua belas tahun anak telah mampu melakukan regulasi diri yang lebih variatif. Anak mulai mampu menunjukkan sikap yang pantas dalam ekspresi emosinya. Mereka telah lebih mampu menyembunyikan emosi-emosi yang dianggap melanggar aturan sosial. Mereka juga lebih mampu menunjukkan emosi-emosi yang membuat orang lain senang, misalnya emosi gembira, senang, malu, kagum, dan cinta.
Remaja usia 12-18 tahun sejalan dengan perkembangan kognitifnya telah mampu menerjemahkan situasi sosial yang tepat untuk mengekspresikan emosi. Jika pengaturan diri pada usia sebelumnya telah baik, Erikson menyatakan pada usia remaja berada pada tahap industri dan identitas diri. Mereka akan lebih pandai bersahabat dan mulai melepaskan diri dari ikatan emosi yang lebih kuat dengan orang tuanya.














BAB VII PERKEMBANGAN MORAL
A.    RUANG LINGKUP PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral adalah per- kembangan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengetahui baik dan buruk suatu perbuatan, kesadaran untuk melakukan perbuatan baik, kebiasaan melakukan baik, dan rasa cinta terhadap perbuatan baik. Moral berkembang sesuai dengan usia anak. Moral berasal dari bahasa Latin mores sendiri berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan.
B.     TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MORAL
1. Perkembangan Moral Anak Menurut Teori Psikoanalisa Frued (1856-1939) Sebagai dokter medis dengan spesialiasi ilmu penyakit syaraf (neurology) ia menghabiskan sebagian waktunya untuk perkembangan kepribadian manusia. Menurutnya kepribadian manusia memiliki tiga struktur: id, ego, dan superego. Id merupakan struktur kepribadian yang terdiri dari naluri (instinct), yang merupakan gudang energi psikis individu.Ketika anak menghadapi tuntutan dan hambatan realitas, suatu struktur kepribadian baru muncul yaitu ego. Ego berurusan dengan tuntutan realitas. Ego disebut “badan pelaksana (executive branch), karena ego membuat keputusan-keputusan rasional. Superego merupakan badan moral dalam kepribadian dan benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Superego mirip dengan apa yang selalu kita sebut dengan kata hati.
2. Perkembangan Moral Menurut Teori Kognitif
a.       Jean Piaget Jean Piaget adalah pakar psikologi dari Swiss yang hidup dari tahun 1896-1980. Pada awalnya Piaget lebih tertarik meneliti tentang perkembangan kognitif pada manusia. Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara aktif dunia kognitif mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak lewat lingkungan.
b.      b. Lawrence Kohlberg Lawrence Penelitian tersebut dilakukan Kohlberg dengan mengadakan tes kepada 75 orang anak laki-laki yang berusia antara 10 hingga 16 tahun. Tes tersebut berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang dikaitkan dengan serangkaian cerita dimana tokoh-tokohnya menghadapi dilema moral. Misalnya seorang suami yang harus mencuri obat dari toko obat untuk istrinya yang sakit, karena tidak tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli obat tersebut.
c.       Teori Belajar Sosial Albert Bandura Berdasarkan penalaran-penalaran yang diberikan oleh responden dalam merespon dilema moral yang dihadapinya, Kohlberg percaya bahwa ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing-masing ditandai dua tahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral menurut Kohlberg adalah internalisasi, yaitu perubahan perkem bangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
C.     PENGEMBANGAN MORAL
Mengingat pentingnya moral yang baik dalam kehidupan manusia, maka berbagai cara mengembangkan moral telah dilakukan. Di dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa cara pengembangan moral yang baik dilakukan melalui pencontohan/keteladanan.
perkembangan moral merupakan salah satu komponen pembelajaran nilai atau afektif. Keduanya menyatakan ada tujuh isu yang berkaitan dengan desain pengembangan kurikulum afektif. Salah satu isu tersebut adalah kurikulum terpadu yang merujuk kepada bagaimana topik-topik atau programprogram afektif diintegrasikan ke dalam subjek-subjek dalam kurikulum. Program-program afektif mengalir di dalam kurikulum tersebut. Salah satu program afektif tersebut adalah memasukkan nilai-nilai moral ke dalam kurikulum terpadu.
Penelitian Masganti (2009) tentang kompetensi moral anak usia dini menujukkan bahwa pengembangan moral anak harus dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Mengenalkan/mendiskusikan nilai-nilai moral kepada peserta melalui diskusi dilema moral. Misalnya mendiskusikan kebersihan lingkungan: mengapa, siapa, dan bagaimana penyelesaiannya.
2. Mengajak peserta didik melakukan alternatif-alternatif yang dipilih dalam melakukan nilai-nilai moral yang telah didiskusikan. Misalnya membuang sampah pada tempatnya atau bersedia mengutip sampah yang ada di lingkungan sekolah.
3. Mengajak peserta didik mengenali/mengungkapkan perasaan yang muncul setelah melakukan alternatif pemecahan masalah moral yang dipilih. Misalnya setelah seminggu progam membersihkan sekolah dilaksanakan, siswa dikumpulkan untuk mengatakan berbagai perasaannya setelah melakukan kesepakatan membersihkan lingkungan sekolah.





BAB VIII PERKEMBANGAN AGAMA
A.    PENGERTIAN PERKEMBANGAN AGAMA
Jika perkembangan moral anak tidak terjadi sejak lahir, per- kembangan agama pada anak menurut ajaran Islam telah ada sejak anak lahir. Fitrah beragama dalam diri manusia merupakan naluri yang menggerakkan hatinya untuk melakukan perbuatan “suci” yang diilhami oleh Tuhan Yang Maha Esa telah ada dalam diri anak sejak dia berada di tulang sulbi orang tuanya. Allah menyatakan hal ini dalam firman-Nya pada Alquran surat al-A’râf/7: 172 yang berbunyi:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Hal ini dijelaskan Allah dalam Alquran Surat Ar Rûm/ 30:30 yang berbunyi:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa secara naluri manusia memiliki kesiapan untuk mengenal dan menyakini adanya Tuhan. Dengan kata lain, pengetahuan dan pengakuan terhadap tuhan sebenarnya telah tertanam secara kokoh dalam fitrah manusia.
Perkembangan agama yang bersifat potensi tersebut berjalan sesuai dengan perkembangan aspek psikologis lainnya pada anak. Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata- kata orang yang ada dalam lingkungannya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Tuhan bagi anak pada permulaan merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya.


B.     TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN AGAMA
Harm dalam bukunya The Development of Religious on Children sebagaimana dikutip Jalaluddin mengatakan perkembangan agama pada anak-anak usia dini mengalami dua tingkatan sebagai berikut:
1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng) Konsep Tuhan pada anak usia 3–6 tahun banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng-dongeng.
2. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan) Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak (pengganti orantua) beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.
Dalam kehidupan manusia tahap perkembangan agama dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1. Tahap dalam kandungan Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani.
2. Tahap bayi Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak.
3. Tahap Anak-anak Masa ketiga tersebut merupakan saat yang tepat untuk menanamkan nilai keagamaan. Pada fase ini anak sudah mulai bergaul dengan dunia luar
4. Tahap Remaja Pada masa remaja sikap beragama bukan lagi sekedar peniruan dan pembiasaan, tetapi agama mulai berkembang menjadi identitas diri remaja.
5. Tahap Dewasa Pada masa dewasa agama telah menjadi kebutuhan. Orang-orang dewasa telah memilih agama yang diyakininya.
C.     SIFAT AGAMA PADA ANAK
Crapps dalam Hay (2006) menyatakan ciri-ciri pokok dan sifat agama pada anak dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) pola orientasi:
a. Egocentric Orientation Orientasi egosentris masa kanak-kanak digambarkan dalam penelitian Piaget tentang bahasa anak usia 3-7 tahun.
b. Anthropomorphic Concreteness Pada tahap ini, kata-kata dan gambaran keagamaan diterjemahkan dalam pengalaman-pengalaman yang sudah dijalani dalam bentuk orang-orang yang sudah dikenalinya
c. Experimentation, initiative, spontaneity Usia 4-6 tahun merupakan tahun kritis di mana anak lebih mulai ke luar rumah, mengambil inisiatif dan menampakkan diri di tempattempat permainan bersama teman sepermainan dan orang dewasa lainnya.
D.    PERASAAN BERAGAMA PADA REMAJA
Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Keyakinan agama pada remaja merupakan interaksi antara dia dengan lingkungannya. Perasaan remaja kepada Tuhan belum tetap dan stabil, akan tetapi adalah perasaan yang yang tergantung pada perubahan- perubahan emosi yang sangat cepat, terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan allah misalnya, kadang- kadang tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya, Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.
Daradjat (1970) menyatakan ada empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1.      Percaya ikut- ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya.
2.      Percaya dengan kesadaran Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
3.      Percaya, tetapi agak ragu- ragu Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua: a. Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran. b. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
4.      Tidak percaya atau cenderung ateis Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan apa pun, termasuk kekuasaan Tuhan.



E.     MOTIVASI BERAGAMA PADA REMAJA
Masganti (2011) menyatakan motivasi beragama dalam ajaran Islam antara lain:
1.      Mengharapkan cinta Allah
2.      Melepaskan diri dari rasa putus asa dengan pertolongan Allah
3.      Mengharapkan kehidupan yang bahagia di Akhirat.
4.      Membina hubungan baik dengan manusia
Masganti (2011) mengelompokkan keempat motivasi tersebut ke dalam dua kelompok yaitu:
1.      Motivasi intrinsik yang terdiri dari rasa ketenangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2.      Motivasi ekstrinsik yang terdiri untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan balasan surge
F.   FAKTOR- FAKTOR KEBERAGAMAAN
Thouless (1992) mengemukakan empat faktor keberagamaan yang dimasukkan dalam kelompok utama, yaitu:
·         Pengaruh- pengaruh sosial
·         Berbagai pengalaman
·         Kebutuhan
·         Proses pemikiran Faktor sosial mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keberagamaan
G.    BERBAGAI METODE PENGEMBANGAN AGAMA
1.      Pendidikan Agama dengan Metode Keteladanan Keteladanan adalah metode tarbiyah yang selaras dengan fitrah manusia. Salah satu dari sifat fitrah bahwa setiap manusia mendambakan hadirnya seorang tokoh atau figur yang layak menjadi panutan dalam kehidupannya.
2.      Pendidikan Agama dengan Metode Pembiasaan Pembiasaan adalah metode yang harus dilakukan di lingkungan keluarga. Kebiasaan terbentuk dengan selalu melakukannya sehingga menjadi kebiasaan yang permanen. Kebiasaan dapat terjadi melalui pengulangan-pengulangan tindakan secara konsisten.
3.    Pendidikan Agama dengan Metode Nasihat Nasihat adalah sebuah keutamaan dalam beragama. Pemberian nasihat harus dilakukan orang tua, guru, dan anggota masyarakat lainnya kepada anak didik secara konsisten. orang tua atau guru
4.    Pendidikan Seks Peserta didik usia remaja menghadapi 2 (dua) problem besar. Problem pertama adalah problem intern ini secara alami akan terjadi pada diri remaja. Hasrat seksual yang berasal dari naluri seksualnya, mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang.
5.    Pembinaan akhlak Akhlak akan menjaga seseorang terbebas dalam melakukan berbagai kejahatan yang dapat merugikan kehidupan orang lain. Perbuatanperbuatan yang merugikan orang lain, seperti pemukulan, pencurian, pembunuhan, dan perkelahian selalu terjadi pada remaja. Allah swt berfirman tentang pentingnya persaudaraan untuk menjaga kerukunan hidup. Agar metode ini dapat terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: a. Gunakan bahasa yang baik dan sopan serta mudah dipahami anak didik. b. Jangan sampai menyinggung perasaan orang yang dinasihati atau orang di sekitarnya. c. Sesekali selingi nasihat dengan humor yang bisa membuat suasana lebih nyaman bagi anak dengan tidak melanggar aturan yang melanggar Islam, seperti berbohong


















BAB IX PERMASALAHAN REMAJA DAN SOLUSINYA
A.      DIMENSI-DIMENSI PERKEMBANGAN REMAJA
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1980: 2006).
1.        Dimensi Biologis. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
2.        Dimensi Kognitif Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
3.        Dimensi Moral Turiel menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan sebagainya (Turiel, 2008:6).
4.        Dimensi Sosial-Emosional Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
5.        Dimensi Agama Saat remaja mempersiapkan diri untuk menjadi anggota kelompok/jamaah agama yang dianut orangtuanya, minat religius meninggi. Akibatnya remaja mungkin akan berusaha mendalami ajaran agamanya, tetapi dalam usaha mendalami ajaran agamanya remaja mungkin menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan logikanya. Pada saat seperti itu mungkin dia akan membandingkan keyakinan agamanya dengan keyakinan agama teman-temannya.
B. PERMASALAHAN REMAJA DAN AKIBATNYA
Permasalahan akhlak remaja adalah keterlibatan pada remaja dalam praktik akhlak tercela dalam kehidupannya sehari-hari. Akhlak tercela yang selalu terjadi pada remaja saat ini antara lain:
1.      Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat, tidak puasa, berpacaran di tempat umum dan lain-lain.
2.        Menurunnya pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian remaja mengalami penurunan pengamalan agama dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbiasa atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat pada masa remaja.
3.      Penyalahgunaan Narkoba Dari sejumlah 1,1 juta di tahun 2006 menjadi 1,35 juta di tahun 2008. Saat ini data BNN 2008 menyebutkan bahwa ada 3,6 juta penyalahguna narkoba di Indonesia dan 41% dari mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun (Republika, 29 Juni 2009).
4.      Seks bebas Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan ingin melakukan seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah melakukan hubungan seks.
5.      Merokok Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
6.      Bolos sekolah 7 dari 30 orang anak yang diwawancarai Masngudin dalam penelitiannya menyatakan bolos sekolah 3 sampai 4 hari dalam seminggu (Masnguddin, 2005: 31). Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan akhlak remaja di atas antara lain:
1.        Terkena HIV/AID
2.        Mencuri, menodong, mencopet, dan sejenisnya
3.        Bunuh Diri
4.        Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5.        Kebut-kebutan
6.        Menggugurkan kandungan
7.        Berbohong
C. SOLUSI MASALAH REMAJA
Permasalahan akhlak remaja tidak dapat dihindari, tetapi yang harus dipikirkan dan dilakukan adalah menemukan dan melakukan solusi untuk pemecahan masalah yang telah terjadi dan mencegah jika permasalahan belum terjadi. Beberapa solusi yang dapat ditawarkan antara lain:
1.      Membekali Keimanan Remaja
2.      Memberi Contoh dan Mengingatkan Pengamalan Ibadah Remaja
3.      Memberikan informasi tentang bahaya merokok dan narkoba
4.      Memberikan informasi tentang pengaturan perilaku seksual dalam Islam
5.      Membiasakan anak bersikap terbuka kepada orang tua
6.      Mendoakan anak





BAB III
PEMBAHASAN

A.    Kelemahan
1.      Buku ini tidak memiliki cover sehingga pembaca tidak menarik membaca buku ini.
2.      Dalam buku ini masih terdapat kalimat-kalimat yang sulit untuk dipahami sehingga dapat membingungkan para pembaca.
3.      Buku ini tidak menyertakan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga terkesan sedikit membosankan ketika membaca buku ini.

B.  Keungulan
1.      Buku ini menjelaskan secara detail mengenai bagaimana perkembang peserta didik, tipe-tipe peserta didik dan perkembangan anak. Selain itu buku ini juga membahas tentang permasalahn remaja yang wajib diterapkan pada anak-anak
2.      Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat membantu pembaca untuk memahami dengan mudah apa isi buku yang disampaikan.
3.      Buku ini juga mengajarkan kepada kita tentang perkembangan peserta didik yang membuat kita para pembaca semakin paham.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa buku ini menjelaskan tentang
1.      Karakterisitik perkembangan emosi pada anak banyak teori yang mengemukakannya saya tarik kesimpulan bahwa emosi pada anak dalam mengekspresikan emosi karena kata-kata sering gagal mengyampaikan maksudnya. contohnya pada saat anak mengamuk salah satu sikap emosi anak untuk menyampaikan seluruh pesan perang orang tua atau guru dalam menangapi sifat anak tersebut.
2.      Perkembangan social pada anak itu pada keluarga, sebab keluarga proses pendidikan anak pertama yang ia tau dengan berinteraksi dengan orang tua dan sekitarnya. Semakin ia tumbuh dewasa maka si anak akan diperkenalkan dengan dunia luar yaitu dunia sekolah bagaimana berinteraksi dengan teman,guru dan lingkungannya.
3.      Perkembangan fisik merupaka tahap dari bayi hingga dewasa dengan melewati berbagai proses yang lebih menonjol pada perkembangan fisik pada saat anak berusia 12-18 tahun dimana anak mengalami masa remaja dengan di tandai pada perubahan fisik yang mereka alami.
B.     Saran
Penulis menyarankan dalam melakukan pencetakan buku ini sebaiknya pengarang menjelaskan lebih detail sub-bab agar memudahkan pembaca dalam membaca isi buku. Selain itu pengarang juga dapat menambahkan gambar-gambar yang menarik sesuai dengan isi buku agar dapat menarik minat pembaca dari semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar